OJK Klaim Industri Perbankan dan Pasar Modal Indonesia Terus Meningkat
Wimboh menghadiri sejumlah pertemuan dengan kalangan pebisnis dan para tokoh ekonomi serta akademisi di sejumlah kampus di Kota New York, Amerika Serikat.
IDXChannel - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengklaim bahwa laju intermediasi sektor perbankan dan pasar modal nasional terus menunjukkan tren yang positif.
Salah satu dasar dari kliam tersebut, diantaranya, adalah data per Februari 2022, di mana terjadi pertumbuhan sebesar 6,3 persen secara tahunan (year on year/yoy) dengan risiko yang juga terkendali, dengan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross hanya sebesar 3,1 persen.
Sedangkan dari segi ketahanan, industri perbankan Indonesia mampu mencatatkan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 25,8 persen. Berbagai data dan klaim tersebut disampaikan Ketua OJK, Wimboh Santoso, di sela kehadirannya di Forum B20, di Amerika Serikat (AS), pekan ini.
"Angka di atas 20 persen ini konsisten terus meski melewati masa pandemi, dan bahkan terus membaik. Hal ini menunjukkan perbankan Indonesia sangat aman menghadapi potensi risiko di masa depan,” ujar Wimboh dalam keterangan resmi, Minggu (24/4/2022).
Selain itu, menurut Wimboh, kinerja di sektor Pasar Modal juga terus menunjukkan tren peningkatan serupa. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 14 April 2022 berada pada angka 7.235,53, tumbuh sebesar 9,94 persen secara harian (year to date/ytd), sekaligus mencapai rekor tertinggi sepanjang masa.
Perolehan dana juga terus mencerminkan optimisme pasar dengan 18 Initial Public Offerings (IPO) sepanjang tahun 2022, dengan nilai Rp19,21 triliun. Pada Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) juga stabil dan kuat. Tercatat Risk Based Capital (RBC) pada asuransi jiwa dan asuransi umum dan reasuransi terjaga dengan baik masing-masing di 535,7 persen dan 323,1 persen.
Pertumbuhan pembiayaan dari perusahaan pembiayaan juga membaik, tumbuh sebesar 2,43 persen yoy. Sementara untuk Non Performing-Finance (NPF) perusahaan pembiayaan juga stabil di 3,25 persen.
Data kinerja industri jasa keuangan yang stabil dan prospeknya yang bagus itu menurut Wimboh merupakan informasi yang sangat bagus bagi para calon investor asing yang ingin berinvestasi di perusahaan-perusahaan jasa keuangan, ataupun berinvestasi di sektor usaha lainnya di Indonesia.
Wimboh menambahkan, Indonesia memiliki potensi investasi yang sangat menarik karena selain didukung jumlah populasi penduduk 274 juta yang sebagian besar usia produktif, kondisi perekonomian juga sangat baik dan terus bertumbuh pulih dari dampak tekanan pandemi Covid-19.
“Dalam ekonomi digital, Indonesia akan menjadi nomor satu di Asia Tenggara, saya percaya itu. Saya rasa kontribusi transaksi pada tahun 2025 diperkirakan dapat mencapai 124 miliar dolar AS. Dan kami memiliki 17.000 pulau, kami adalah pusat sumber daya alam. Kami banyak berkembang dalam sektor pertambangan, pertanian, kelapa sawit, perikanan dan pariwisata,” jelasnya.
Dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan, Wimboh menjelaskan bahwa OJK telah mengeluarkan sejumlah kebijakan di bidang green economy antara lain menerbitkan dokumen Taksonomi Hijau yang akan menjadi panduan aktivitas ekonomi yang melindungi lingkungan hidup dan perubahan iklim.
Perlu diketahui, Wimboh menghadiri sejumlah pertemuan dengan kalangan pebisnis dan para tokoh ekonomi serta akademisi di sejumlah kampus di Kota New York, Amerika Serikat.
Dalam forum “The Indonesia B20 Roadshow: Indonesia-US Business Forum” yang dilaksanakan di Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia, New York, akhir pekan ini, kepada kalangan pebisnis yang hadir Wimboh menyampaikan besarnya potensi investasi Indonesia yang antara lain didukung sektor jasa keuangan yang tetap stabil di tengah kondisi pandemi Covid 19.
B20 merupakan forum lanjutan dari G20 yang mewakili bisnis internasional. Forum ini turut dihadiri oleh Ketua Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Arjad Rasjid beserta jajaran. (TSA)