Pejabat Ini Sesumbar Mampu Atasi Krisis Energi di Inggris, Asalkan...
Truss juga berjanji bakal mewujudkan rencana yang lebih luas untuk mendorong perekonomian Inggris agar dapat semakin tumbuh dan kompetitif.
IDXChannel - Inggris menjadi salah satu negara di Eropa yang tengah sibuk menghadapi lonjakan inflasi, yang kini telah mencapai 10,1 persen, sekaligus menjadi rekor tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Salah satu penopang utama lonjakan inflasi tersebut, diantaranya, adalah krisis energi yang tengah melanda negara itu, di tengah ancaman musim dingin ekstren, di mana pasokan energi semakin tak terelakkan lagi.
Di tengah tekanan tersebut, Menteri Luar Negeri, Liz Truss, mengklaim bahwa dirinya mampu membenahi permasalahan krisis energi yang terjadi. Termasuk juga kebutuhan anggaran energi yang membengkak hingga 3.500 euro saat musim dingin tiba.
Sesumbar itu disampaikan Truss saat berkampanye untuk memperebutkan kursi Perdana Menteri Inggris, menggantikan Boris Johnson yang bakal segera habis masa kerjanya.
Tak hanya itu, Truss juga berjanji bakal mewujudkan rencana yang lebih luas untuk mendorong perekonomian Inggris agar dapat semakin tumbuh dan kompetitif.
“Saya menyadari bahwa banyak dari langkah-langkah pertumbuhan yang kita ambil tidak akan memiliki dampak langsung, tetapi sangat penting kita memulai sekarang dan membangun ekonomi yang lebih baik untuk masa depan dan membayar utang kita sebagai negara dan memberikan masa depan bagi anak-anak kita,” ujar Truss, sebagaimana dilansir Sky News, Minggu (04/09/22).
Sebelumnya, Truss dalam kampanyenya juga telah berjanji untuk memotong pajak dengan anggaran dan pengeluaran review baru tahun depan dari 19 persen menjadi 25 persen.
Sedangkan perdana menteri yang saat ini menjabat, Boris Jonshon, mengatakan bahwa siapapun yang akan menjabat menjadi perdana menteri selanjutnya bakal didukungnya dengan segala kemampuam yang dimiliki.
“Inilah saatnya untuk mengesampingkan ketidaksepakatan beberapa minggu terakhir, meskipun mungkin menarik, dan mengutamakan kepentingan nasional. Ini juga merupakan momen bagi setiap konservatif untuk bersatu dan mendukung pemimpin baru dengan sepenuh hati,” ujar Johnson, dalam laporan yang sama. (TSA)
Penulis: Bayu Rama