ECONOMICS

Pemerintah Diminta Proteksi RI dari Serbuan Impor Gula saat Harga Anjlok

Suparjo Ramalan 23/09/2024 16:24 WIB

Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III (Persero) khawatir gula impor membanjiri pasar Tanah Air, ketika harga gula di level global anjlok. 

Pemerintah Diminta Proteksi RI dari Serbuan Impor Gula saat Harga Anjlok (foto mnc media)

IDXChannel - Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III (Persero) khawatir gula impor membanjiri pasar Tanah Air, ketika harga gula di level global anjlok. 

Direktur Utama PTPN III, Mohammad Abdul Gani mengatakan, bila komoditas gula ramai-ramai masuk ke pasar Indonesia, maka akan menggangu pasokan dan harga tebu petani lokal. Karena itu, harus ada proteksi pemerintah. 

“Kami sudah minta kepada pemerintah ketika harga gula di luar negeri terlalu rendah, harus ada proteksi agar jangan sampai gula terlalu mudah masuk Indonesia,” ujar Ghani dalam diskusi Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas di Sarinah, Jakarta, Senin (23/9).

Produktivitas tebu petani masih di kisaran 5 ton per hektare (ha). Ghani mencatat, jumlah tersebut mengalami penurunan tajam dan ditakutkan bakal mengalami defisit. 

Dia mengatakan, bila produktivitas petani tebu bisa ditingkatkan, maka Indonesia tak perlu lagi mengimpor gula konsumsi. 

“100 tahun lalu, tahun 1930, di Pulau Jawa ada 102.000 hektare (ha) tanaman tebu dengan produksi 3 juta ton. Artinya bisa 15 ton per ha. Kemudian sejak itu, terjadi penurunan terus,” tuturnya.

“Saat ini luas pertanaman tebu kita di atas 500 ribu ha. Kalau berkaca 100 tahun yang lalu, 500.000 ha produksinya 7,5 juta ton. Kalau produktivitas kita sekarang sama dengan 100 tahun lalu, kita tak perlu impor gula, bahkan kita bisa ekspor, ini gambarannya,” ujar Ghani.

Saat ini, PTPN III memiliki program peningkatan produktivitas petani, dari 5 ton per ha, menjadi 8 ton per ha. Untuk mencapai target itu, perusahaan akan memasok varietas tebu terbaik ke petani lokal, menerapkan teknologi pertanian, dan sebagainya.

“Jadi kami dalam empat tahun ke depan membangun petani dari mulai memberi varietas yang bagus, membangun teknologi pertanian yg bagus, dan perbaikan pabrik gula (PG) kami,” kata Ghani. 

Targetnya, pada 2028, produktivitas petani tebu bisa meningkat, sehingga biaya pokok produksi bisa ditekan 50 persen. Pada akhirnya, PTPN menargetkan harga gula di tingkat konsumen menurun.

“Ketika produktivitas petani meningkat 50 persen, lalu ongkos produksi Rp6.000, maka otomatis petani akan berlipat-lipat pendapatannya, di situlah barangkali petani kita minta supaya menurunkan harga gulanya supaya konsumen mendapatkan harga gula yg bagus,” ujar Ghani.

“Kalau ini tercapai, maka struktur biaya petani turun dari Rp12.000 ke Rp6.000,” katanya.

(Fiki Ariyanti)

SHARE