ECONOMICS

Pengamat Sebut Serapan Tenaga Kerja Hilirisasi Batu Bara Tak Sebesar PLTU

Athika Rahma 24/11/2021 08:10 WIB

Proyek hilirisasi tengah dikebut sebagai bentuk transisi ke energi terbarukan.

Sektor batu bara (Ilustrasi)

IDXChannel - Proyek hilirisasi tengah dikebut sebagai bentuk transisi ke energi terbarukan. Batu bara yang semula digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) akan dialihkan untuk produksi beragam produk ramah lingkungan.

Peralihan ini berdampak pada ratusan ribu tenaga kerja di sektor pertambangan batu bara. Meski ada proyek hilirisasi, namun penyerapan tenaga kerjanya dinilai tidak lebih besar dari PLTU karena penggunaan batu bara untuk hilirisasi juga lebih sedikit.

"Nggak bisa terserap semuanya. Saat ini diperkirakan baru 20-25 juta ton kalau semua komitmen pembangunannya dilaksanakan sesuai rencana. Untuk tenaga kerja juga akan seperti gambarannya," jelas Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) Rizal Kasli kepada MNC Portal Indonesia, Selasa (23/11/2021).

Rizal menjelaskan, dalam beberapa tahun mendatang, sekitar 170-190 juta batu bara akan kehilangan pasarnya. Di tahun 2025, PLN akan mengurangi pemakaian PLTU sebesar 1.1 GW, lalu sebesar 1 GW pada 2030, sebesar 9 GW pada 2035 dan seterusnya sebesar 10 GW, 24 GW pada tahun 2040 dan 2045, sampai terakhir penghentian pemakian PLTU ultra supercritical terakhir sebesar 5 GW.

Jika hanya terserap 20-25 juta ton per tahun, maka terdapat sisa 150-170 juta ton batu bara. Jika PLTU dipensiunkan, maka ratusan juta ton batu bara ini akan 'menganggur'

Di sisi lain, proyek hilirisasi dinilai belum berkembang dengan baik, mesti sudah ada perusahaan yang memulainya, seperti PT Bukit Asam di Sumatera, KPC (Kaltim Prima Coal) dan Arutmin di Kalimantan.

"Hal ini karena masalah capex (capital expenditure) yang masih mahal, teknologi belum proven, tingkat keekonomiannya dan regulasi untuk mendukung industri ini. Lalu, penguasaan teknologi hilirisasi masih tergantung pada negara lain," katanya.

Diharapkan, pemerintah dapat melakukan terobosan dan usaha untuk penciptaan teknologi hilirisasi batubara dalam negeri.

"Mudah-mudahan dengan terbentuknya BRIN hal ini dapat dilakukan dengan baik untuk industri hilirisasi batubara di Indonesia. Perlu juga adanya penugasan yang diberikan oleh pemerintah kepada BUMN-BUMN tertentu untuk pengembangan industri ini di dalam negeri sebagai pioneer pengembangan teknologi dalam negeri," tandas Rizal. (NDA)

SHARE