Perdagangan RI-China Tak Lagi Pakai Dolar AS, Apa Keuntungannya?
Indonesia memiliki potensi strategis sekaligus momentum ke depan dalam perdagangan ketika tidak lagi memakai 'Dolar' dalam transaksi bilateral dengan China.
IDXChannel - Indonesia memiliki potensi strategis sekaligus momentum ke depan dalam perdagangan ketika tidak lagi memakai 'Dolar' dalam transaksi bilateral dengan China.
Kesepakatan kedua negara ini dinilai berpotensi membuat Indonesia dapat melepas jeratan ketergantungan terhadap Dollar Amerika Serikat, sejalan dengan posisi China yang merupakan mitra dagang utama serta termasuk 5 besar sumber pendanaan investasi asing (FDI) di Indonesia.
Ekonom Panin Sekuritas Hosianna Evalita Situmorang menganalisa bahwa setidaknya ada 2 potensi implikasi dari terwujudnya kesepakatan penggunaan mata uang lokal/local currency settlement (LCS) kedua negara ini:
Pertama, langkah ini dapat mengurangi ketergantungan dan kebutuhan Indonesia atas Dolar Amerika Serikat. Apabila ini berjalan baik, maka dapat memperkuat dan menjaga kestabilan Rupiah.
"Bayangkan saja, di sepanjang 2020, Ekspor Indonesia ke China mencapai USD30 miliar di mana tumbuh 15% YoY, jauh lebih tinggi dibandingkan ke US yg hanya USD18 miliar dan Jepang USD12 miliar. Lalu sisi impor Indonesia dari China di 2020 mencapai USD39 miliar, yang juga jauh lebih tinggi dibandingkan ke US yg hanya USD7,5 miliar dan Jepang USD10 miliar," kata Hosianna saat dihubungi MNC Portal, Minggu (25/7/2021).
Hosianna memandang ada potensi pemulihan ekonomi Indonesia ke depan seiring dengan meningkatnya perdagangan dengan negeri tirai bambu tersebut.
Kedua, LCS berpotensi meningkatkan transaksi perdagangan sejalan dengan potensi mata uang kedua negara (Indonesia-China). Seperti diketahui tren volatilitas USD/IDR lebih signifikan dibandingkan CNY/IDR.
"Ada potensi penguatan dollar index DXY sehingga mata uang negara lainnya dapat berpotensi melemah atau volatil terhadap USD akibat potensi rencana tapering Des 2021 atau 2022 dan potensi kenaikan suku bunga di US mid 2023, serta tren volatilitas USD/IDR lebih signifikan dibandingkan CNY/IDR," terangnya.
Menurutnya, ada manfaat dari sisi pertukaran mata uang di mana eksportir-importir dapat terlindungi, serta kestabilan harga barang dan efisiensi biaya.
"Jadi kebijakan LCS ini juga akan melindungi eksportir dan importir, implikasinya panjang ya yaitu kestabilan harga bahan dan barang impor, serta efisiensi biaya juga karna transaksi bisa langsung," terangnya.
Lebih jauh Hosianna melihat LCS Indonesia-China merupakan momentum yang tepat "Ada potensi terjadinya peningkatan perdagangan, sehingga kebijakan LCS ini momentumnya sangat tepat," tukasnya. (TYO)