Permintaan Minyak Dunia Seret Gara-Gara Kendaraan Listrik, Bagaimana dengan RI?
PT Pertamina (Persero) merespons laporan International Energy Agency (IEA) yang menyatakan pertumbuhan permintaan minyak dunia terus melambat.
IDXChannel - PT Pertamina (Persero) menyebut konsumsi minyak dalam negeri masih menunjukkan peningkatan. Hal ini merespons laporan International Energy Agency (IEA) yang menyatakan pertumbuhan permintaan minyak dunia terus melambat.
Salah satu penyebab perlambatan tersebut karena berkurangnya permintaan dari China dan lonjakan penjualan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), yang akhirnya mengurangi permintaan bahan bakar..
VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengatakan, konsumsi minyak dalam negeri belum turun, meskipun tren global menunjukkan pertumbuhan yang melambat hingga mencapai level terendah sejak 2020.
Fadjar memastikan, tren konsumsi minyak dalam negeri masih mengalami peningkatan.
"Bagi kita, kalau sepanjang itu untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sepertinya kita tidak terpengaruh ya," kata dia ketika ditemui usai acara Forum Tematik Bakohumas KESDM, ditulis Sabtu (14/9).
Menurut Fadjar, yang terpenting adalah Indonesia bisa menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan.
"Nanti kan kita juga atur secara inventory-nya gimana. Nanti kalau naik turun kan permintaan sebenarnya kalau setiap bulan itu fluktuatif sesuai dengan permintaan pasar juga," katanya.
"Tapi kalau bagi kami, fokusnya pada pemenuhan kebutuhan domestik dalam negeri. Jadi kami mengikuti itu saja. Jadi (laporan IEA) itu tidak terlalu berpengaruh sih," ujar Fadjar.
Dia meyakini, Indonesia masih akan membutuhkan minyak hingga 2030 ataupun 2032.
"Mungkin minyak masih dibutuhkan karena ekonomi masih tumbuh. Target next year bisa 8 persen segala macam. Pasti kebutuhan energi juga makin tinggi. Tapi kita mengembangkan energi lain biar bauran turun, fosilnya turun, tapi biofuel segala macam bisa naik," katanya.
"TaKalau secara umum saya tahunnya agak lupa, tapi dalam jangka waktu dekat, sepertinya masih menjadi pilihan utama di negara berkembang seperti Indonesia," tutur Fadjar.
(Fiki Ariyanti)