Pertumbuhan Ekonomi di Eropa Timur dan Asia Tengah Diprediksi Bakal Melambat
Bank juga mengatakan bahwa ekonomi Ukraina menyusut 35 persen pada 2022
IDXChannel - Bank Dunia mengatakan, negara-negara di Eropa timur dan Asia Tengah akan mengalami pertumbuhan yang lemah pada tahun 2023.
Dalam perkiraan ekonomi yang diperbarui, Bank Dunia mengatakan PDB kolektif di kawasan Eropa dan Asia Tengahnya sekarang diperkirakan akan berkontraksi 0,2 persen pada tahun 2022 dan tumbuh sebesar 0,3 persen pada tahun 2023 karena efek limpahan dari invasi Rusia ke Ukraina.
Bank juga mengatakan bahwa ekonomi Ukraina menyusut 35 persen pada 2022, peningkatan dari perkiraan kontraksi sekitar 45 persen awal tahun ini.
"Ukraina terus membutuhkan dukungan keuangan yang sangat besar karena perang terus berkecamuk serta untuk proyek-proyek pemulihan dan rekonstruksi yang dapat dimulai dengan cepat," ujar, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Eropa dan Asia Tengah dalam sebuah pernyataan, Anna Bjerde, dikutip dari laman reuters, Rabu (5/10/22).
Menurut perkiraan baru-baru ini oleh bank, kebutuhan pemulihan dan rekonstruksi Ukraina di seluruh sektor sosial, produktif, dan infrastruktur berjumlah setidaknya USD349 miliar.
Bank Dunia mengatakan ekonomi Rusia sekarang diperkirakan berkontraksi sebesar 4,5 persen, diperkirakan ekonomi Rusia akan menyusut 3,6 persen tahun depan.Sementara itu, Ekonomi Turki diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,7 persen pada tahun ini.
Bank mengatakan untuk wilayah Eropa dan Asia Tengah, tunduk pada ketidakpastian yang cukup besar dengan perang yang berkepanjangan, atau intensif yang menyebabkan kerusakan fisik dan lingkungan yang lebih besar.
"Risiko tekanan keuangan juga tetap tinggi, mengingat tingkat utang dan inflasi yang tinggi," ucap, salah seorang perwakilan dari bank dunia.
Dalam catatan terpisah tentang dampak krisis energi global, Bank Dunia mengatakan penghentian pasokan energi yang diperpanjang ke Uni Eropa (UE) dapat memicu resesi bagi negara-negara Eropa dan Asia Tengah, dengan output kolektif menyusut sebesar 1,2 persen.
Dampaknya akan lebih besar pada negara-negara yang lebih bergantung pada gas alam Rusia, dan lebih sedikit pada negara-negara yang memiliki akses ke pasokan gas alternatif atau lebih banyak produksi energi domestik.
(Penulis Bayu R magang)
(SAN)