ECONOMICS

Pertumbuhan Melambat, China Makin Butuh Stimulus Ekonomi

Wahyu Dwi Anggoro 17/07/2023 11:43 WIB

Perekonomian China tumbuh lebih lambat dari yang diharapkan pada kuartal II 2023.

Pertumbuhan Melambat, China Makin Butuh Stimulus Ekonomi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Perekonomian China tumbuh lebih lambat dari yang diharapkan pada kuartal II 2023. Data belanja konsumen dan pasar properti juga mengecewakan.
 
Produk domestik bruto (PDB) meningkat 6,3% dibandingkan periode yang sama di tahun, lebih lemah dari perkiraan sebesar 7,1% oleh para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg.

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (17/7/2023), indikator menunjukkan gambaran beragam. Penurunan penjualan ritel dan melemahnya pasar properti diimbangi peningkatan produksi industri.

 “Ini adalah perlambatan yang disebabkan oleh konsumsi yang memerlukan dukungan kebijakan di sisi permintaan,” kata Hao Zhou, kepala ekonom di Guotai Junan Hong Kong Ltd. 

'Kami percaya penurunan suku bunga lebih lanjut kurang lebih diperlukan," lanjutnya.

Beijing telah menetapkan target pertumbuhan PDB moderat sekitar 5% untuk tahun ini, tetapi menghadapi rentetan tantangan ekonomi termasuk ancaman deflasi, penurunan ekspor dan gejolak sektor properti.

Bank Sentral China memangkas suku bunga kebijakan utamanya pada Juni. Banyak analis memperkirakan pelonggaran lanjutan akan dilakukan dalam beberapa bulan mendatang.

Indeks CSI 300 China turun 1% pada pukul 10:57 waktu setempat di tengah melorotnya saham-saham Asia secara luas. Yuan daratan melemah 0,3% pada 7,1635 per dolar.

Xing Zhaopeng, ahli strategi untuk China di Australia & New Zealand Banking Group Ltd., mengatakan data yang mengecewakan dapat mendorong para pejabat untuk mempercepat pengeluaran fiskal guna meningkatkan investasi.

 “Sudah banyak sinyal termasuk konferensi antara pemerintah dengan investor asing dan pengusaha yang menunjukkan kebijakan tindak lanjut akan datang,” katanya.  

"Pengeluaran fiskal akan menjadi fokus utama dalam dua minggu ke depan," lanjutnya.

Naiknya suku bunga Amerika Serikat (AS) dan tingkat utang yang tinggi dalam perekonomian Tiongkok membatasi ruang gerak bank sentral dalam melakukan langkah-langkah pelonggaran yang agresif.  Beberapa ekonom juga berpendapat bahwa kepercayaan bisnis dan konsumen yang lemah mengurangi efektivitas stimulus moneter. Mereka menyerukan kebijakan fiskal untuk memainkan peran yang lebih besar dalam perekonomian. (WHY)

SHARE