ECONOMICS

Perusahaan Tekstil China Bangun Pabrik di RI, Dinilai Sulit Bersaing dengan Produk Dumping

Muhammad Farhan 24/06/2024 03:01 WIB

Perusahaan tekstil China yang akan mendirikan pabrik di Indonesia. Meski begitu, produknya diproyeksi sulit bersaing dengan produk impor dumping.

Perusahaan Tekstil China Bangun Pabrik di RI, Dinilai Sulit Bersaing dengan Produk Dumping. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengumumkan rencana perusahaan tekstil China yang akan mendirikan pabrik di Indonesia. Meski begitu, produknya diproyeksi sulit bersaing dengan produk impor dumping.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta mengatakan pihaknya sangat senang dengan wacana investasi industri tekstil baru asal China tersebut. Selain membuka lapangan pekerjaan baru, Redma mengatakan investasi tersebut akan menggerakkan roda ekonomi Indonesia.

"Kami berharap investasi baru ini juga bisa memperkuat integrasi rantai nilai hingga bangsa kita bisa lebih mendapat manfaat dari nilai tambah yang dihasilkan," kata Redma saat dihubungi kepada IDXChannel, Minggu (23/6/2024).

Redmam menambahkan, perusahaan tekstil asal China itu juga akan bersaing dengan produk-produk impor tekstil China jika menjalankan bisnis menggunakan struktur cost yang ada di Indonesia. Ia menyebutkan, tantangan produk tekstil di Indonesia saat ini adalah bersaing dengan produk dumping impor asal China yang harga jualnya lebih murah dari bahan bakunya.

"Meskipun mereka pakai teknologi mesin terbaru sepertinya akan sangat sulit bersaing karena barang impor dumping dari China terlalu murahnya, bahkan di bawah harga bahan bakunya. Untuk itu juga pemerintah perlu melindungi investasi baru ini," tuturnya


Sebelumnya, Luhut mengatakan terus berkomunikasi kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Agus Harimurti Yudhoyono untuk mengeluarkan status tanah kepada industri asal China tersebut demi melancarkan investasi tekstil tersebut,

"(AHY mengatakan) bisa diselesaikan dalam sepekan, ya bulan depan kita akan lihat mulai konstruksi," ujar Luhut dalam agenda MINDialogue, di Jakarta, Kamis (20/6/2024).

Kendati demikian, industri tekstil dalam negeri masih diselimuti trauma pemutusan hubungan kerja (PHK) yang masih terus terjadi sampai saat ini. Hal tersebut disampaikan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi.

Ristadi mengatakan, ada lebih dari 10 ribu pekerja tekstil di Jawa Barat dan Jawa Tengah yang terkena PHK sepanjang 2024, terhitung sejak Januari hingga Mei lalu.

Tak berhenti pada Mei, Ristadi mengatakan, Pengurus KSPN mendapatkan update terbaru per 9 Juni 2024 adanya tambahan lebih dari 3 ribu orang terkena PHK. Menurut Ristadi, total terdapat 13.800 orang yang terkena PHK.

(FRI)

SHARE