ECONOMICS

PMI Manufaktur RI Kontraksi di Juni, Pengusaha Ungkap Penyebabnya

Cahya Puteri Abdi Rabbi 24/07/2025 13:45 WIB

Penurunan PMI turut mencerminkan kondisi dunia usaha yang semakin tertekan, baik dari sisi permintaan, produksi, maupun ketenagakerjaan.

PMI Manufaktur RI Kontraksi di Juni, Pengusaha Sebut Dunia Usaha Makin Tertekan. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Indeks Manufaktur Indonesia atau Purchasing Managers’ Index (PMI) turun dari 47,4 pada Mei 2025 menjadi 46,9 pada Juni 2025, sekaligus yang terendah dalam lima bulan terakhir.

Ketua Bidang Industri Manufaktur APINDO dan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI), Adhi S. Lukman mengatakan, penurunan PMI turut mencerminkan kondisi dunia usaha yang semakin tertekan, baik dari sisi permintaan, produksi, maupun ketenagakerjaan.

Adhi bahkan mengungkapkan para pelaku usaha saat ini tidak berada dalam kondisi yang baik. 

“Artinya sudah kontraktif, meskipun kalau kita lihat di indeks yang perindustrian, IKI atau Indeks Kepercayaan Industri, masih di atas 50, masih ekspansif tapi trennya juga turun,” kata dalam podcast ‘The Fundamentals’ IDX Channel, dikutip Kamis (24/7/2025).

>

Maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah sektor, terutama tekstil, garmen, dan alas kaki, menjadi salah satu indikator memburuknya iklim industri. Meskipun sektor makanan dan minuman masih mampu bertahan, kondisi tersebut tetap diwarnai oleh berbagai tantangan dan tekanan produksi.

“Kita melihat PMI ini menjadi indikasi, sebenarnya bukan hanya Indonesia saja, tapi global,” ujar Adhi.

Adhi menyoroti bahwa persoalan utama yang menyebabkan penurunan ini yaitu melemahnya daya beli masyarakat. Tak hanya dari kelompok bawah, tetapi juga kelas menengah.

Selain faktor konsumsi rumah tangga, Adhi juga menyebut kebijakan efisiensi anggaran pemerintah dan pembatasan kegiatan kementerian/lembaga sebagai pemicu melemahnya aktivitas ekonomi. 

“Meskipun sebenarnya government spending itu kan tidak besar ya, sekitar 8–10 persen, tapi menjadi pemicu dan menjadi indikator kegiatan-kegiatan kita,” kata dia.

Efek dari pembatasan belanja pemerintah ini dirasakan secara nyata oleh pelaku usaha di sektor jasa seperti perhotelan dan restoran. Adhi menuturkan bahwa banyak pelaku usaha yang mengeluhkan pembatalan pemesanan ruang rapat, makanan, dan layanan lainnya akibat efisiensi belanja negara.

“Ini sangat berpengaruh, dan otomatis akan tercermin di dalam IKI maupun PMI,” katanya.

Lebih lanjut Adhi menegaskan penurunan PMI ini bukanlah fenomena eksklusif Indonesia. Di negara lain, hal serupa juga terjadi akibat kondisi global yang kurang kondusif. 

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE