ECONOMICS

Produksi OPEC+ Dipangkas, Investor Khawatir Inflasi dan Perlambatan Ekonomi

Wahyu Dwi Anggoro 03/04/2023 12:37 WIB

Saat para investor mulai lega karena krisis perbankan mereda, pemangkasan produksi OPEC+ yang tak terduga membangkitkan kembali kekhawatiran mereka.

Produksi OPEC+ Dipangkas, Investor Khawatir Inflasi dan Perlambatan Ekonomi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Saat para investor mulai lega karena krisis perbankan mereda, pemangkasan produksi OPEC+ yang tak terduga membangkitkan kembali kekhawatiran mereka. 

Investor khawatir kenaikan harga minyak akan memperparah inflasi dan menunda berakhirnya siklus kenaikan suku bunga bank sentral. Harga minyak yang lebih tinggi juga bisa membatasi pertumbuhan ekonomi.

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (3/4/2023), ini pandangan beberapa ahli dan analis terkait pemangkasan produksi OPEC:

Inflasi persisten

“Pemangkasan produksi OPEC+ adalah pengingat bahwa inflasi belum sepenuhnya terkendali,” kata Ronald Temple, kepala strategi pasar di Lazard Ltd. di New York. 

Menurutnya, permintaan energi yang meningkat dari China akan meningkatkan risiko inflasi yang lebih persisten dan membatasi kemampuan bank sentral untuk menghentikan siklus kenaikan suku bunga meskipun pertumbuhan ekonomi melambat.

“Keputusan OPEC+ memicu outlook yang lebih kompleks bagi investor,” lanjutnya.

Dilema The Fed 

“Karena inflasi diperkirakan tetap menjadi pendorong utama kebijakan moneter the Fed, pasar tidak yakin terhadap potensi suku bunga yang lebih rendah,” kata Hidehiro Joke, pakar strategi Mizuho Securities di Tokyo. 

“Namun, rencana pemangkasan produksi OPEC+ tidak cukup untuk mendorong kemungkinan kenaikan suku bunga berkepanjangan seperti yang terjadi sebelum adanya gejolak perbankan baru-baru ini. Oleh karena itu, akan sulit bagi pasar untuk memperkirakan kenaikan suku bunga oleh the Fed,” Lanjut Joke.

Perlambatan pertumbuhan

Tony Sycamore, seorang pakar analisis di IG Australia, memperkirakan bahwa saham-saham akan menurun pada hari ini. “Setelah terdampak krisis perbankan yang menyebabkan ketatnya kredit dan melambatnya pertumbuhan, kenaikan harga energi juga akan membebani pertumbuhan dan kemungkinan besar akan memukul pemulihan pasar ekuitas yang terjadi minggu lalu,” terangnya.

Kenaikan Minyak

 “Pemangkasan produksi jadi hal positif untuk minyak dan akan membantu mempercepat pemulihan harga Brent ke USD100 per barel karena permintaan bahan bakar pesawat di seluruh dunia meningkat kembali,” kata Bjarne Schieldrop, kepala analis komoditas di SEB AG. 

“Sangat mudah untuk memangkas produksi ketika risiko kehilangan pangsa pasar di AS terbatas karena pertumbuhan shale oil di sana melambat. OPEC+ memiliki pengaruh lebih besar di pasar dan kenaikan harga minyak adalah konsekuensi wajar dari menurunnya produksi shale oil AS,” ujar Schieldrop. (WHY/Anggerito Kinayung Gusti)

SHARE