PUPR Dapat Suntikan Rp41,24 Triliun, untuk Apa Dananya?
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air memperoleh anggaran sebesar Rp41,23 triliun pada 2022.
IDXChannel - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air memperoleh anggaran sebesar Rp41,23 triliun pada 2022. Dana itu rencananya untuk menambah jumlah bendungan dan daerah irigasi untuk mendukung ketahanan air dan pangan di Indonesia.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Jarot Widyoko mengatakan, Ditjen Sumber Daya Air mendapatkan alokasi anggaran Rp41,23 triliun akan digunakan untuk belanja modal sebesar Rp29,79 triliun (72,25%), belanja barang sebesar Rp10,34 triliun (25,08%), dan belanja pegawai sebesar Rp1,10 triliun.
“Program utama pembangunan infrastruktur bidang sumber daya air pada tahun 2022 diantaranya pembangunan 35 unit bendungan, pembangunan 10.035 Ha daerah irigasi, rehabilitasi 142.615 Ha jaringan irigasi, pembangunan 21 embung, penyediaan 2,86 m3/detik air baku, dan pembangunan 157 km pengendali banjir dan pengaman pantai,” kata Jarot, dikutip Rabu (16/2/2022).
Pada sektor irigasi dan rawa telah dialokasikan dana sebesar Rp5,95 triliun untuk pembangunan irigasi, rehabilitasi atau peningkatan irigasi, dan pemanfaatan bendungan. Sedangkan di sektor pengendalian daya rusak dialokasikan sebesar Rp7,37 triliun untuk pengendalian banjir, pengaman pantai, dan pembangunan pengendali sedimen.
Selanjutnya sektor bendungan, situ, dan danau dialokasikan sebesar Rp11,67 triliun pembangunan 35 bendungan dan revitalisasi danau dan situ. Jarot menjelaskan, dari 35 bendungan, sejumlah 2 bendungan merupakan bendungan baru yaitu Bendungan Riam Kiwa di Kalimantan Selatan dan Bendungan Jenelata di Sulawesi Selatan.
Sedangkan 33 bendungan lainnya merupakan proyek ongoing yang dilanjutkan dari tahun sebelumnya, seperti Bendungan Keureuto (Aceh), Bendungan Rukoh (Aceh), Bendungan Lausimeme (Sumut), Bendungan Tiga Dihaji (Sumsel), Bendungan Margatiga (Lampung), Bendungan Karian (Banten), Bendungan Ciawi (Jabar), Bendungan Sukamahi (Jabar), Bendungan Sadawarna (Jabar), Bendungan Leuwikeris (Jabar).
Lalu, Bendungan Cipanas (Jabar), Bendungan Jragung (Jateng), Bendungan Jlantah (Jateng), Bendungan Bener (Jateng), Bendungan Pidekso (Jateng), Bendungan Semantok (Jatim), Bendungan Bagong (Jatim), Bendungan Sidan (Bali), Bendungan Tamblang (Bali), Bendungan Beringin Sila (NTB), Bendungan Meninting (NTB), Bendungan Tiu Suntuk (NTB), Bendungan Temef (NTT), Bendungan Manikin (NTT).
Bendungan Mbay (NTT), Bendungan Sepaku Semoi (Kaltim), Bendungan Lolak (Sulut), Bendungan Kuwil Kawangkoan (Sulut), Bendungan Bolango Ulu (Gorontalo), Bendungan Budong-budong (Sultra), Bendungan Ameroro (Sultra), Bendungan Pamukkulu (Sulsel), dan Bendungan Way Apu (Maluku).
Untuk penyediaan air baku dialokasikan sebesar Rp2,02 triliun yang terdiri dari penyediaan air baku untuk SPAM, pemanfaatan bendungan, air baku pulau terluar dan perbatasan, air baku untuk kawasan strategis, dan air tanah untuk air baku.
“Pada sektor padat karya tahun 2022, kami telah mengalokasikan sebesar Rp4,85 triliun dengan target penyerapan tenaga kerja sejumlah 350.104 orang. Jumlah tersebut terbagi pada 3 program yaitu P3TGAI sebesar Rp2,25 triliun (179.141 tenaga kerja), ABSAH sebesar Rp0,145 triliun (4.640 tenaga kerja, dan OP infrastruktur SDA sebesar Rp2,455 triliun (166.323 tenaga kerja),” tutur Jarot. (TYO)