ECONOMICS

Satgas Investasi Ungkap Kerugian Imbas Investasi Bodong Capai Rp123,5 Triliun

Anggie Ariesta 19/11/2022 11:49 WIB

Satgas Waspada Investasi (SWI) mencatat kerugian yang dialami masyarakat akibat investasi ilegal mencapai Rp123,5 triliun dalam kurun waktu 2018 - 2022.

Satgas Investasi Ungkap Kerugian Imbas Investasi Bodong Capai Rp123,5 Triliun

IDXChannel - Satgas Waspada Investasi (SWI) mencatat kerugian yang dialami masyarakat akibat investasi ilegal mencapai Rp123,5 triliun dalam kurun waktu 2018 - 2022. Kurangnya literasi keuangan dan investasi oleh masyarakat disinyalir menjadi penyebab utama.

"Ini ada supply demand ya, supply nya itu pelaku investasi ilegal ini masih bisa berkeliaran karena demand nya masyarakat kita masih ada yang mau ikut," ujar Ketua Satgas Waspada Investasi Tongam L. Tobing  dalam Diskusi Polemik MNC Trijaya Darurat Kejahatan Investasi Online Sabtu (19/11/2022).

Angka kerugian Rp123,5 triliun itu adalah yang sudah masuk proses hukum, sementara kerugian akibat investasi bodong yang belum diproses hukum, jumlah kerugiannya belum dihitung.

"Karena juga masyarakat kita tidak lapor ya, karena malu, takut diintimidasi, karena mungkin ya aduh udahlah cuma 10 juta nanti repot jadi saksi, jadi ini adalah angka yang masih proses hukum," jelas Tongam.

SWI mengungkap bahwa angka paling besar kerugian investasi ilegal justru pada 2019, sebelum pandemi. Angka itu menurun pada 2020 - 2022 dan setelah pandemi saat ini malah naik lagi.

Hanya saja, data dari 2022 ini adalah korban dari Robot Trading yang nilainya sangat besar. Meski Robot Trading sudah dihentikan oleh SWI beberapa waktu lalu, masyarakat dinilai tidak aware.

SWI pun sudah melakukan langkah preventif. Dari SWI juga OJK secara berlanjut melakukan sosialisasi, namun menurut Tongam perlu adanya perubahan mindset dari masyarakat kita.

"Jangan sampai karena iming-iming imbal hasil tinggi akal sehatnya hilang, kegiatan investasi ilegal ini laku orang menganggap money game itu peserta pertama ikut jadi pasti berhasil gitu, jadi mindset itu harus berubah," ungkap Tongam.

(SLF)

SHARE