ECONOMICS

Sri Mulyani Beberkan Risiko Global yang Masih Menghantui Indonesia

Kunthi Fahmar Sandy 06/05/2024 14:56 WIB

APBN akan terus dioptimalkan sebagai shock absorber untuk menjaga daya beli masyarakat dan momentum pertumbuhan ekonomi.

Sri Mulyani Beberkan Risiko Global yang Masih Menghantui Indonesia (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Ada beberapa risiko global yang masih harus dihadapi Indonesia ke depan, di antaranya arah kebijakan FED yang masih penuh ketidakpastian, eskalasi tensi geopolitik berbagai kawasan, serta disrupsi rantai pasok global yang belum sepenuhnya pulih. 

Hal tersebut diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani pada Senin (6/5/2024). Sebagai langkah antisipatif atas berbagai dinamika global tersebut, sinergi dan koordinasi dengan otoritas lain khususnya otoritas moneter dan sektor keuangan akan terus diperkuat untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional. 

"Pemerintah akan terus melakukan monitoring dan asesmen terhadap potensi dampak dari dinamika global terhadap perekonomian domestik serta kondisi fiskal," ungkap dia.

APBN akan terus dioptimalkan sebagai 

shock absorber untuk menjaga daya beli masyarakat dan momentum pertumbuhan ekonomi.

Adapun tren perlambatan ekonomi global mempengaruhi pertumbuhan ekspor dan impor Indonesia. Pada kuartal I 2024, ekspor riil masih tumbuh sebesar 0,5% (yoy) ditopang oleh peningkatan ekspor jasa seiring kuatnya arus kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. 

Di sisi lain, volume ekspor produk utama seperti besi baja dan bahan bakar mineral tetap kuat, masingmasing tumbuh sebesar 35,8% dan 5,4% (yoy) pada kuartal I 2024. Sementara, impor riil juga tumbuh 1,8% (yoy) pada kuartal I 2024. 

Secara keseluruhan, kontribusi net ekspor (ekspor – impor) terhadap pertumbuhan mengalami kontraksi sebesar 0,2%. 

Dari sisi produksi, sektor-sektor unggulan tetap tumbuh positif. Sektor manufaktur pada kuartal I 2024 tumbuh sebesar 4,1% (yoy), didorong masih kuatnya permintaan domestik dan kebijakan hilirisasi. Keberhasilan kebijakan hilirisasi tercermin dari sub sektor industri logam dasar yang tetap tumbuh dua digit, yaitu sebesar 16,6% (yoy) pada kuartal I 2024. 

Kuatnya permintaan domestik terutama ditopang oleh peningkatan industri pengolahan makanan dan minuman yang tumbuh sebesar 5,9% (yoy).

Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor manufaktur, sektor perdagangan juga tumbuh sebesar 4,6% (yoy), terutama didorong oleh meningkatnya permintan selama Ramadan.

(SAN)

SHARE