Sri Mulyani Tekankan RI Harus Telibat dalam Produksi Mobil Listrik
Kementerian keuangan menjelaskan secara rinci mengenai kebijakan pengembangan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
IDXChannel - Kementerian keuangan menjelaskan secara rinci mengenai kebijakan pengembangan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB). Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pembentukan KBLBB merupakan upaya Indonesia untuk memposisikan Indonesia secara strategis dalam geopolitik yang sedang terjadi.
"Juga tren dari kesadaran ancaman perubahan iklim yang makin meluas. Oleh karena itu, pemerintah menggunakan instrumen fiskal untuk mendorong percepatan transformasi ekonomi," ungkap Sri dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-25 Masa Persidangan V tahun 2022-2023 di Jakarta, Selasa (30/5/2023).
Langkan ini dilakukan tidak hanya untuk penciptaan nilai tambah yang tinggi, perluasan kesempatan kerja, dan juga penggunaan energi yang ramah lingkungan sehingga dapat menurunkan emisi, serta untuk meningkatkan efisiensi subsidi saja. Namun, strategi ini juga menempatkan Indonesia pada poros strategis di dalam pusaran geopolitik dunia.
Dukungan terhadap pengembangan ekosistem industri KBLBB juga dilakukan di banyak negara seperti di AS, China, Eropa, dan beberapa negara tetangga seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia.
"Indonesia tidak boleh menjadi penonton, apalagi Indonesia adalah produsen mineral yang sangat menentukan dunia," ungkap Sri.
Dia menyebutkan, produsen kendaraan bermotor di banyak negara juga telah berkomitmen untuk beralih memproduksi 100% mobil listrik di tahun 2035-2040. Sehingga, mobil listrik menjadi tren keniscayaan.
Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah memperkenalkan serangkaian insentif yang diarahkan, tidak hanya dari sisi supply menarik investor untuk datang ke Indonesia, namun investor akan mempertimbangkan makin kuat apabila pasar dalam negeri atau domestic demand juga memiliki peranan yang sangat penting.
Oleh karena itu, instrumen fiskal akan terus menjadi instrumen di dalam menjaga kepentingan strategis Indonesia di dalam kancah persaingan yang sangat sengit.
"Kita tidak boleh kalah, seperti yang terjadi pada industri chip dan elektronik pada tahun 1980-1990an," pungkas Sri.
(SLF)