Stok Gula Mulai Berkurang, Pengusaha Ritel Minta BUMN Pangan Amankan Pasokan
Pengusaha ritel meminta BUMN pangan mengamankan pasokan gula konsumsi yang mumpuni. Sebab, stok pemanis tersebut mulai berkurang di pasaran.
IDXChannel - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) meminta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pangan mengamankan pasokan gula konsumsi yang mumpuni. Sebab, stok pemanis tersebut mulai berkurang di pasaran.
Ketua Umum Aprindo, Roy N Mandey mengatakan BUMN pangan bisa memanfaatkan gudang untuk menyimpan gula konsumsi. Sehingga perusahaan pelat merah itu dapat mengintervensi pasar ketika harga gula mulai bergejolak imbas kekurangan pasokan.
“Memang penting bagi kita selaku pelaku usaha berharap adanya terobosan-terobosan yang dilakukan oleh pemerintah terkait misalnya gudang gula. Atau gudang di mana tempat penyimpanan gula,” ujar Roy kepada IDX Channel, ditulis Selasa (2/7/2024).
Menurutnya, stok gula di pasar akan berkurang ketika tidak lagi musim panen atau memasuki musim tanam. Karena itu, diperlukan strategi dengan mengamankan gula konsumsi di gudang milik perusahaan pelat merah.
Dengan begitu, BUMN Pangan bisa mengeluarkan stok yang ada dari gudang saat terjadi kekurangan gula di pasaran.
“Itu maksud tujuannya ada intervensi pemerintah, sehingga kondisi dari harga, ya sudah istilahnya gak usah ada harga acuan, tapi tetap harus ada yang namanya intervensi pemerintah yang menyediakan stok gula di gudang-gudang gula, gudang milik Bulog atau gudang milik BGR misalnya. Atau juga di pusat distribusi provinsi dan regional,” kata dia.
Roy sebelumnya menyebut Aprindo masih menimbang-nimbang untuk menambah pasokan gula di pasar ritel, setelah Badan Pangan Nasional (Bapanas) memperpanjang relaksasi harga acuan pemerintah (HAP) gula di tingkat konsumen menjadi Rp 17.500 per kilogram.
Dia memastikan pengusaha hanya akan membeli dan menambah stok gula konsumsi, bila harga acuannya sesuai dengan harapan pengusaha. Artinya, HAP yang ditetapkan harus di bawah Rp 17.500 per Kg alias lebih murah.
“Kalau di retail indikatornya adalah ketika harga beli kami, HPP kami bisa di bawah harga acuan, harga yang diharapkan, memang harga acuan itu masih bisa bergerak, beda dengan harga eceran tertinggi ya. Tetapi secara manajemen di retail ketika kita membeli di bawah harga acuan atau harga yang diharapkan, tentunya kita pasti membeli dan pasti tersedia,” tutur dia.
Menurutnya, ketersediaan gula dan komoditas lain di pasar retail didasarkan pada kemampuan beli pengusaha. Dia menilai para pengusaha ritel tidak mungkin membeli komoditas yang harganya tinggi, lalu dijual murah.
(FRI)