Suku Bunga AS Diproyeksi Naik 4 Kali, Gubernur BI Optimis Ekonomi RI Tetap Pulih
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksikan suku bunga acuan bank sentral AS, The Fed akan naik empat kali di tahun 2022.
IDXChannel - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksikan suku bunga acuan bank sentral AS, The Fed akan naik empat kali di tahun 2022. Meski demikian, dia yakin pemulihan ekonomi nasional tetap akan berjalan dan pulih.
"Kenaikan suku bunga ini kami asumsikan mulai Maret 2022. Kemudian berlanjut di pertengahan tahun ini dan di tiap-tiap kuartal. Di pasar keuangan, tahun ini kemungkinan normalisasi kebijakan AS kami perkirakan naik empat kali, di bulan Maret, Juni, September, dan akhir tahun," ujar Perry dalam Rapat Kerja Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Kamis (27/1/2022)
Perry menegaskan bahwa kenaikan suku bunga The Fed akan berpengaruh pada tingkat imbal hasil US Treasury dan keluarnya aliran modal asing (capital outflow) di negara-negara emerging termasuk Indonesia. Kendati demikian, menurut dia peluang tumbuh bagi Indonesia tetap ada meskipun masih ada sejumlah risiko dari dunia global.
"Peluang untuk tetap mendorong pemulihan ekonomi tetap ada, tapi ada sejumlah risiko yang bisa kita antisipasi agar tetap bisa pemulihan ekonomi Indonesia," katanya.
Dia optimis bahwa untuk tahun 2022 tetap akan selalu ada didukung oleh kemajuan akselerasi vaksin yang mendorong peningkatan mobilitas masyarakat. Kemudian, konsumsi swasta diproyeksi akan membaik dibanding tahun 2021 di samping ekspor yang tetap tinggi.
"Lalu, investasi diproyeksi turut meningkat, baik investasi dalam proyek infrastruktur nasional maupun investasi. Pada tahun ini, bank sentral memprediksi pertumbuhan ekonomi akan mengarah pada rentang 4,7 hingga 5%," terangnya.
BI pun, sambung Perry, memutuskan mempertahankan suku bunga acuan BI-7DRR sebesar 3,5% sampai tanda-tanda inflasi meningkat.
"Kemungkinannya peningkatan inflasi di Indonesia baru terjadi pada kuartal III 2022 atau di kuartal akhir 2022," imbuhnya.
Menurut Perry, tingkat suku bunga yang rendah mampu mengakselerasi suku bunga kredit di perbankan menurun, termasuk suku bunga dasar kredit (SBDK).
"Tentu saja kami akan lakukan kebijakan lainnya. Kami akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah bagaimana menyikapi kenaikan US Treasury dengan berkoordinasi dengan Menteri Keuangan," pungkasnya. (TYO)