Tak Melulu Merugikan, Kebijakan Bunga Tinggi The Fed Untungkan Perbankan AS
Kenaikan bunga menjadi momok, terutama bagi perusahaan yang tengah berupaya pulih pasca pandemi COVID-19.
IDXChannel - Posisi inflasi Amerika Serikat (AS) pada Agustus 2022 yang mencapai 8,3 persen membuat pelaku pasar was-was terhadap arah kebijakan Bank Sentral AS, Federal Reserves (The Fed) ke depan.
Dengan level inflasi yang masih naik 0,1 persen secara tahunan (year on year/yoy), dikhawatirkan The Fed bakal melanjutkan kebijakan suku bunga agresifnya, dengan kembali menaikkan bunga acuan sebesar 7,5 basis poin.
Kenaikan bunga menjadi momok, terutama bagi perusahaan yang tengah berupaya pulih pasca pandemi COVID-19, karena biaya investasi dan operasional usahanya bakal membengkak, seiring makin tingginya bunga bank yang harus dibayarkan.
Namun sebaliknya, kebijakan suku bunga agresif The Fed tentu menjadi angin segar bagi industri perbankan. Seperti yang diakui oleh Bank of America (BoA), yang notabene merupakan bank penyedia pinjaman terbesar kedua di AS.
Menurut Chief Executive Officer BoA, Brian Moynihan, perolehan pendapatan perusahaan diyakini bakal meningkat signifikan pada tahun ini, terdorong oleh tingginya bunga acuan yang telah ditetapkan oleh The Fed.
"NII dari kinerja pinjaman kami jelas akan meningkat secara signifikan, itu artinya kami akan meningkatkan pendapatan secara lebih cepat," ujar Chief Executive Officer BoA, Brian Moynihan, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (14/9/2022).
Sebagaimana diketahui, The Fed sejauh ini masih kukuh dengan kebijakan suku bunga agresif yang telah diterapkannya dalam beberapa bulan terakhir. The Fed tercatat telah beberapa menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin secara berturut-turut.
Langkah ini dilakukan The Fed guna menekan tingginya inflasi AS, yang pada Agustus 2022 lalu masih di level 8,3 persen persen. Gubernur The Fed, Jerome Powell, memastikan kebijakan bunga agresif akan terus dijalankannya, dan tidak akan berhenti sampai posisi inflasi AS dapat kembali ke kondisi normal di level dua persen. (TSA)
Penulis: Cindy Angelia