ECONOMICS

Tak Terserap Optimal, 30 Persen Produksi Gas Bumi RI di Ekspor

Rizky Fauzan 28/09/2022 14:43 WIB

Indonesia merupakan salah satu produsen gas bumi terbesar di dunia, namun sayangnya produksinya tidak terserap optimal di dalam negeri.

Tak Terserap Optimal, 30 Persen Produksi Gas Bumi RI di Ekspor (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Indonesia merupakan salah satu produsen gas bumi terbesar di dunia, namun sayangnya produksinya tidak terserap optimal di dalam negeri, sehingga 30 persen produksi gas bumi harus dijual ke luar negeri.

Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Taslim Z. Yunusmengatakan bahwa situasi itu belakangan menyebabkan sejumlah lapangan gas potensial justru terlantar atau ditunda pengembangannya lantaran belum jelasnya GSA dengan pembeli potensial. 

"Energi kita masih menggunakan minyak terbesar sehingga lapangan gas kita banyak yang stranded seperti di Natuna, Bintuni punya Genting Oil lalu ada di Sumatra Barat dan beberapa tempat lain termasuk yang besar di Masela belum ada gas sales agreement-nya,” kata Taslim dalam Webinar Dunia Energi, dikutip Rabu (28/9/2022). 

Selain konsumsi energi domestik yang mayoritas dari minyak mentah, kata dia, serapan gas dari industri hilir dan rumah tangga belum cukup optimal hingga saat ini. Konsekuensinya, 30 persen produksi gas domestik yang berlebih itu dijual ke luar negeri.

Di sisi lain, SKK Migas melaporkan lebih dari 50 persen penemuan sumur eksplorasi dalam sepuluh tahun terakhir berupa gas. Adapun 70 persen rencana pengembangan lapangan atau plant of development (PoD) berasal dari pengembangan lapangan gas. “Gas kita reserved replacement ratio tiga tahun terakhir sudah di atas 100 persen artinya kita surplus, sementara kebutuhan domestik ini masih belum menggeliat kita berharap makin banyak juga konsumsi dalam negerinya,” ujarnya.

Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) melaporkan beberapa rencana pengembangan lapangan gas mesti ditunda lantaran sejumlah blok belum mendapatkan calon pembeli untuk produksi mereka.

Direktur Aspermigas Moshe Rizal mengatakan situasi itu terjadi lantaran pertumbuhan konsumsi gas domestik cenderung lamban ketimbang volume pasokan hingga menyebabkan surplus diperkirakan semakin lebar.

“Memang benar, untuk produksi gas itu sebelum mereka produksi mereka harus sudah ada pembelinya dulu, kalau pembeli belum siap atau belum ada pasti produksinya ditunda,” tutup Moshe. (RRD)

SHARE