Tarif Cukai Hasil Tembakau Naik 12,5 Persen, Produsen Rokok Lirik Keran Ekspor
PT Nojorono Tobacco International (Nojorono Kudus) mulai menggarap pangsa pasar tembakau dunia, dengan melakukan ekspor produk tembakau.
IDXChannel - PT Nojorono Tobacco International (Nojorono Kudus) mulai menggarap pangsa pasar tembakau dunia, dengan melakukan ekspor produk tembakau. Ekspor produk tembakau ini sebagai respons kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) yang mencapai angka rata-rata 12,5%.
President Director PT Nojorono Tobacco International, Stefanus JJ Batihalim, mengatakan, pihaknya baru saja memulai membuka ekspor produk tembakau ke sejumlah negara di Asia. Langkah ini diambil sebagai respons atas imbauan pemerintah melalui Menkeu Sri Mulyani Indrawati, agar produsen sigaret untuk mulai menggiatkan ekspor produknya.
"Keputusan ekspor juga merupakan salah satu langkah lanjutan Nojorono Kudus menyikapi situasi pandemi. Langkah strategis diputuskan guna menyiasati keberlangsungan perguliran roda bisnis serta kesejahteraan pekerja," kata dia dalam siaran persnya, Rabu (14/7/2021).
Menurut dia, pada tahun lalu di saat banyak perusahaan merumahkan pekerjanya akibat pandemi, pihaknya berupaya keras menjamin keberlangsungan lapangan kerja dan roda perekonomian, dengan melahirkan produk baru.
"Tahun ini, kami lanjutkan strategi bisnis perusahaan dengan memperluas jangkauan pasar melalui ekspor. Kebijakan strategis tentunya tidak hanya menjadi solusi bisnis bagi perusahaan, namun harus berdampak baik bagi para pekerja," katanya.
Selain itu, kata dia, kebijakan ekspor ditempuh dengan melihat besarnya potensi pangsa pasar konsumen di mancanegara. Juga sebagai salah satu upaya menyiasati kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) tahun ini yang mencapai angka rata -rata 12,5%.
Menurut Managing Director PT Nojorono Tobacco International, Arief Goenadibrata, kenaikan CHT berakibat pada kenaikan harga yang menekan daya beli masyarakat. Sehingga pihaknya berinisiatif mengambil langkah strategis dengan memperluas jangkauan pasar hingga ke mancanegara yang dinilai memiliki potensi besar.
"Tahap awal kami akan mulai dengan membidik pasar Asia, khususnya konsumen Indonesia yang tinggal di sana. Namun, tidak menutup peluang untuk perluasan ke negara lainnya di masa mendatang," jelas dia.
Diketahui, sigaret kretek menjadi salah satu identitas khas Indonesia dan saat ini hanya diproduksi oleh produsen sigaret Indonesia. Produk ekspor perdana PT Nojorono Tobacco International jatuh pada kategori Sigaret Kretek Mesin Mild (SKMM); Clas Mild. Produk sigaret LTLN (Low Tar Low Nicotine) unggulan yang diluncurkan perdana pada tahun 2003 ini, sempat menduduki peringkat kedua penjualan terbaik kategori SKMM dalam kurun waktu yang singkat.
Mengenai pilihan produk ekspor, Arief menjelaskan bahwa konsistensi Nojorono Kudus dalam prosedur pemilihan dan penggunaan bahan baku terbaik di setiap produknya, melandasi pertimbangan kuat dalam kebijakan ekspor.
“Keseimbangan kualitas dan cita rasa yang memenuhi standar higienis dan freshness of product, selalu menjadi prioritas utama kami. Clas Mild merupakan produk sigaret kretek, yang sejak awal diluncurkan memenuhi standar kualitas ekspor. Besar harapan kami, produk ini diterima dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen Indonesia yang rindu cita rasa khas tanah air," pungkasnya. (TYO)