Tarif KRL Mau Naik Rp5.000, Ekonom Sarankan KCI Lakukan Ini
Direktur Celios Bhima Yudhistira menilai rencana menaikkan tarif KRL dengan cara mengurangi tarif merupakan kebijakan yang tidak tepat.
IDXChannel - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai rencana menaikkan tarif KRL dengan cara mengurangi tarif merupakan kebijakan yang tidak tepat. Apalagi, masyarakat saat ini sedang melakukan pemulihan.
Sebab, di samping naiknya beberapa harga bahan pokok, saat ini masyarakat sedang dalam fase pemulihan ekonomi yang ditandai dengan mulai dibukanya kembali kegiatan masyarakat.
Dari pada mengurangi subsidi masyarakat yang sedang dalam fase pemulihan, Bhima menyarankan PT KCI untuk menguatkan kerja sama dengan swasta, membangun kerja sama bisnis, atau menyediakan tempat yang dapat disewa oleh UMKM di sekitar stasiun terutama yang bergerak di bidang makanan dan minuman.
Sehingga keuntungan yang didapat tersebut dapat membantu menutup selisih harga tiket dengan harga operasional yang ditetapkan KCI. Sebab saat ini pemerintah harus menanggung kurang lebih Rp11 ribu untuk satu kali perjalanan.
"Jadi itu salah satu cara agar ada subsidi silang untuk menjaga harga atau tarif commuter ini mengalami kenaikan, sebab terasa sekali dari Rp3.000 ke Rp5.000," ujarnya kepada MNC Portal (13/1/2022).
Sebelumnya pemerintah berencana menaikan tarif KRL dari sebelumnya Rp3.000 menjadi Rp5.000 per 25 Km. Meski demikian kenaikan tersebut masih di kaji lebih lanjut oleh kementerian perhubungan.
Sebagai informasi setidaknya pemerintah menggelontorkan uang untuk tahun 2021 saja senilai Rp1,99 triliun untuk memberikan subsidi kepada masyarakat. Karena PT KCI menetapkan tarif operasional untuk satu kali perjalanan sebesar kurang lebih Rp14 ribu, sedangkan yang dibebankan pada penumpang adalah Rp3.000, sehingga ada gap yang cukup besar yang harus ditutupi oleh KCI. (TYO)