ECONOMICS

Tarif Trump Turun Jadi 19 Persen, Begini Dampaknya ke Ekspor Produk Elektronik RI

Tangguh Yudha 18/07/2025 17:45 WIB

Meski begitu, tarif sebesar 19 persen tetap masih memberikan tantangan bagi industri elektronik Tanah Air.

Tarif Trump Turun Jadi 19 Persen, Begini Dampaknya ke Ekspor Produk Elektronik RI. (Foto iNews Media Group)

IDXChannel - Indonesia telah mencapai kesepakatan terkait pengenaan tarif impor oleh Amerika Serikat (AS). Setelah sebelumnya digetok dengan tarif 32 persen, kini Indonesia bisa sedikit bernapas lega karena pengenaan tarif dipangkas menjadi 19 persen.

Meski begitu, tarif sebesar 19 persen tetap masih memberikan tantangan bagi industri elektronik Tanah Air.

"Ini tentunya akan memberikan dampak ke ekspor produk elektronik (Indonesia) yang 2024 lalu sebesar USD4,18 miliar ke Amerika," kata Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI) Teguh Prasetya dalam pernyataan tertulisnya, dikutip pada Jumat (18/7/2025).

"Bisa jadi berdampak menurunkan profitabilitas hingga volume dari pabrikan pengekspor di Indonesia serta mengurangi daya saing produk kita untuk pasar Amerika," katanya.

Teguh menyebut, Indonesia perlu mengambil langkah strategis untuk menjaga dan meningkatkan performa ekspor. Misalnya dengan memperluas jangkauan ke kawasan seperti Amerika Latin, Afrika, Asia Selatan, dan Timur Tengah.

Dia juga menekankan pentingnya memanfaatkan berbagai perjanjian dagang seperti IEU-CEPA, RCEP, dan BRICS guna membuka akses pasar baru, sekaligus mendorong ekspor produk bernilai tambah, terutama produk elektronik berbasis inovasi dan hilirisasi.

Dalam mendukung hal tersebut, Teguh mengapresiasi pembentukan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, yang memiliki peran strategis dalam mendanai proyek hilirisasi industri elektronik di dalam negeri.

Selain itu, Teguh menyarankan pembangunan platform ekspor digital nasional yang dapat mempertemukan eksportir dengan pembeli secara langsung dan real-time. Promosi bilateral dan kampanye branding produk Indonesia di pasar internasional juga dinilai penting untuk meningkatkan visibilitas produk lokal.

Teguh juga menyarankan agar pemerintah segera menyederhanakan perizinan ekspor dan kurangi biaya logistik yang masih tinggi yakni 23 persen dari total PDB. Di sisi lain juga perlu modernisasi pelabuhan dan mempercepat waktu bongkar muat (dwelling time).

Program UMKM BISA (Berani Inovasi, Siap Adaptasi) juga disebut sebagai solusi penting dalam menggerakkan sektor UMKM agar mampu menembus pasar ekspor. Pemerintah juga disebutnya perlu memfasilitasi sertifikasi halal, SNI, serta standar internasional untuk mempercepat penetrasi produk lokal ke pasar global.

"Penguatan penetrasi di pasar domestik untuk produk dari bidang perangkat, jaringan, hingga platform yg bisa memenuhi kebutuhan 280 juta masyarakat Indonesia," ujarnya.

Lebih lanjut, Teguh mengingatkan, penurunan tarif hanya membuka peluang, namun tanpa strategi yang tepat dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia bisa kalah bersaing dengan negara lain yang juga sedang menegosiasikan tarif dagang.

"Kolaborasi lintas sektor dan reformasi struktural adalah kunci agar ekspor elektronik Indonesia benar-benar melonjak," kata Teguh.

(Dhera Arizona)

>

SHARE