Terhalang Sanksi Barat, Rusia Dibayangi Ancaman Default
Rusia saat ini tengah berada di bawah bayang-banyang 'default' alias gagal bayar atas obligas berbentuk dolar yang jatuh tempo pada hari ini.
IDXChannel - Rusia saat ini tengah berada di bawah bayang-banyang 'default' alias gagal bayar atas obligas berbentuk dolar yang jatuh tempo pada hari ini. Kondisi ini terjadi akibat sanksi yang dijatuhkan oleh AS dan Eropa terhadap keuangan dan perdagangan akibat agresi militer yang diluncurkan Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.
Jika itu terjadi, maka kejadian ini menjadi yang pertama kali terjadi dalam 100 tahun terakhir, setelah Rusia melewati masa jatuh tempo pada 27Mei 2022 lalu. Jauh sebelumnya, tepat pada 1918 lalu, Rusia pernah mengalami hal yang sama ketika Revolusi Bolshevik terjadi.
Ketika itu, sang pemimpin komunis, Vladimir Lenin menolak untuk membayar seluruh utang yang dimiliki Kerajaan Rusia.
Meski menghadapi potensi default, bukan berarti Rusia tak ingin membayar, bahkan Kremlin menegaskan sudah mempersiapkan uang sebanyak USD100 juta untuk melunasi kewajibannya, namun sanksi barat menjadi penghalang.
"Yang pertama adalah infrastruktur asing - bank koresponden, sistem penyelesaian dan kliring, penyimpanan - dilarang melakukan operasi apa pun yang terkait dengan Rusia. Yang kedua adalah investor asing secara tegas dilarang menerima pembayaran dari kami," keluh Menteri Keuangan Rusia, Anton Germanovich Siluanov, dikutip dari BBC.
Kegagalan pelunasan utang terakhir berupa mata uang apapun pernah terjadi pada 1998 ketika negara itu diguncang oleh krisis rubel selama akhir yang kacau balau di era Boris Yeltsin.
Saat itu, Moskow gagal memenuhi pembayaran obligasi domestiknya tetapi berhasil tidak menghindari potensi default atas utang luar negerinya.
Kali ini, Rusia tampaknya berada di jalur yang tak terhindarkan untuk gagal bayar sejak sanksi pertama kali dijatuhkan oleh AS dan Uni Eropa setelah invasi ke Ukraina. Sebab, akses negara ke jaringan perbankan internasional yang akan memproses pembayaran dari Rusia kepada investor di seluruh dunia tertutup rapat.
Sejauh ini, Rusia menyatakan akan melakukan semua pembayaran secara tepat waktu, dan sebagian di antaranya telah berhasil. Sekitar USD40 miliar utang Rusia dalam mata uang dolar atau euro, dengan sekitar setengahnya disimpan di luar negeri.
Pembayaran bunga USD100 juta jatuh tempo pada 27 Mei. Rusia mengatakan uang itu dikirim ke Euroclear, bank yang kemudian akan mendistribusikan pembayaran kepada investor.
Tetapi pembayaran itu terhenti di sana, menurut Bloomberg News, dan kreditur belum menerimanya. Uang belum tiba dalam waktu 30 hari dari tanggal jatuh tempo, yaitu Minggu malam, dan dianggap sebagai default.
Rusia menegaskan akan membayar dan memiliki banyak uang untuk melunasi utangnya, dan dia menolak justifikasi default, yang biasanya terjadi ketika pemerintah menolak untuk membayar atau ekonomi negara sangat lemah akibat tidak memiliki uang.
“Semua orang yang tahu memahami bahwa ini sama sekali bukan default,” katanya dikutip dari RIA Novosti. "Seluruh situasi ini terlihat seperti lelucon." (TYO)