Ternyata Ini yang Buat Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung Molor
Progres pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) diprediksi molor dari jadwal yang ditentukan.
IDXChannel - Progres pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) diprediksi molor dari jadwal yang ditentukan. Ternyata, salah satu penyebabnya adalah kesulitan pembuatan terowongan yang akhirnya memakan waktu lebih lama.
General Manager Corporate Communication Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Rahadian Ratry, menyebut perseroan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan pembangunan sesuai target yang sudah ditetapkan.
Saat ini progres pembangunan KCJB sudah mencapai hampir 80 persen atau 79,9 persen. Namun, perkembangan proyek saat ini masih fokus terhadap penyelesaian tunnel atau terowonga.
“Kami masih terus melakukan percepatan pembangunan di berbagai titik kerja.Mengenai fokus pembangunan, saat ini fokus kami adalah penyelesaian pembangunan tunnel, subgrade dan juga elevated track,” kata Rahadian saat dihubungi MNC PORTAL, Selasa (18/1/2022).
Dalam perjalanannya, ada beberapa permasalahan yang menjadi tantangan bagi perseroan untuk segera menyelesaikannya. Salah satunya adalah aspek geologis dan konstruksi.
“Pertama area tunnel 2 berada di area formasi clayshale ekstrem. Dimana tanah di area tunnel 2 akan mengembang jika terkena udara dan air serta menurunkan daya dukung tanah hingga 80%. Hal ini cukup menyulitkan kontraktor melakukan penggalian karena tanah yang digali akan mudah longsor,” ujarnya.
Selain Tunnel 2, KCIC mengklaim area clayshale juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi dalam penyelesaian tunnel 4 dan tunnel 6.
“Meski begitu, kami sudah menyiapkan beberapa solusi. Seperti melakukan metode surface grouting sebagai upaya perkuatan dinding. Selain itu dilakukan penambahan titik penggalian dari dua menjadi empat arah,” tambahnya.
KCIC mengatakan telah melakukan Perubahan metode kerja atau penggalian juga diubah dari three bench (tiga lapis) menjadi double side wall (sembilan lapis).
“Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya longsor yang lebih besar. Namun perubahan metode kerja ini membuat pekerjaan yang dilakukan membutuhkan waktu yang lebih lama dan kehati-hatian yang tinggi,” urainya.
“Kami juga melakukan penambahan tenaga kerja untuk mempercepat proses pekerjaan. Selain kendala geologis, ada kendala lain berupa relokasi SUTT, namun saat ini sudah masuk dalam tahap konsinyasi,” tandasnya. (TYO)