ECONOMICS

Teten Masduki: Agregator Dorong Usaha Mikro Naik Kelas dan Lahirkan Entrepreneur Baru

Nur Ichsan Yuniarto 06/03/2024 15:11 WIB

Melalui agregator teknologi, UMKM dimudahkan dalam mengakses segala fasilitas mulai dari akses pembiayaan, pendampingan, hingga pemasaran. 

Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki.  (Kemen KopUKM)

IDXChannel - Menjamurnya start-up teknologi diharapkan semakin mendorong agregasi usaha mikro ke skala ekonomi yang lebih tinggi. Harapan ini disampaikan langsung oleh Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki

Menurut Teten, melalui agregator teknologi, UMKM dimudahkan dalam mengakses segala fasilitas mulai dari akses pembiayaan, pendampingan, hingga pemasaran. 

"Di dalam struktur ekonomi Indonesia yang didominasi usaha mikro, penting ada agregator guna mengonsolidasi wirausaha agar mereka berkembang," kata Teten dalam acara dialog interaktif bertajuk ‘Penumbuhan Wirausaha Inovatif dan Berkelanjutan’ di Bandar Lampung, Lampung, Selasa lalu (5/3/2024).

"Selain mendorong UMKM naik kelas melalui bantuan agregator, penting juga melahirkan entrepreneur baru dari kalangan anak muda yang menguasai teknologi," lanjut dia.
Saat ini pertumbuhan ekonomi mikro terus bertambah. Meskipun UMKM di Indonesia menjadi tulang punggung ekonomi nasional, tapi menurut Menteri Teten, hampir sebagian besar belum terhubung dengan industri. Untuk itu, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) berupaya untuk menghubungkan usaha mikro ke dalam rantai pasok industri.

"Di Indonesia, banyak UMKM yang bersifat mandiri. Mereka produksi sendiri, beli bahan baku sendiri, memasarkan sendiri. Hal itu yang membuat UMKM kita sulit mengakses bahan baku, pembiayaan, maupun produksi yang lebih luas," katanya.

Sehingga, kata dia, tidak terjadi transfer pengetahuan yang membuat UMKM tidak produktif. Oleh karena itu, UMKM harus menjadi bagian dari industrialisasi.

Lebih lanjut Teten mengatakan, sejak 1998, Indonesia terus mengalami deindustrialisasi, di mana industri besar berkontribusi dalam PDB hanya sebesar 18 persen. Pemerintah terus berupaya menyiapkan industrialisasi bahan baku, misalnya melalui hilirisasi agar memperbesar kontribusi ekonomi industri yang lebih besar.

"Karena kalau industri tidak tumbuh, maka lapangan kerja sulit tersedia. Akibatnya, mereka hanya bisa membuka usaha mikro. Jika makin banyak usaha mikro yang tumbuh, persaingan di level itu pun makin tinggi," kata dia.

Dirinya bahkan sangat mengapresiasi ketika semakin banyak anak-anak muda menciptakan ekonomi baru yang terus didukung dengan riset melalui kerja sama pemerintah daerah hingga universitas.

"Harapannya, riset akan melahirkan ekonomi dan entrepreneur baru," tutupnya.

(NIY)

SHARE