Tren Konsumsi Batubara Masih Prospektif, Ini Tantangannya
Tahun ini tren konsumsi batu bara di Indonesia menduduki posisi pertama berkat pertumbuhan ekonomi di China.
IDXChannel – Masa Pandemi Covid-19 tidak menyusutkan harga batu bara. Tahun ini tren konsumsi batu bara di Indonesia menduduki posisi pertama berkat pertumbuhan ekonomi di China.
Head of Corporate Ratings PT PEFINDO, Niken Indriarsih mengungkapkan, dalam masa pendemi Covid-19 China merupakan negara pertama yang menekan angka pertumbuhan Covid dengan penemuan vaksin. Ini menunjukkan pulihnya perekonomian China dan elemen manufaktur kembali pulih di tahun 2021.
Niken mengatakan, perubahan perekonomian mendorong permintaan batu bara di China mengalami peningkatan. Namun dibalik itu, persediaan batu bara di China juga mengalami penurunan atau ada kendala.
“Karena memang dibeberapa daerah pasokannya terganggu atau karena bisa juga disebabkan dengan faktor cuaca. Kemudian dari sisi impor batu bara dari China juga membatasi,” jelasnya dalam Market Review di IDX Channel, Senin (14/6/2021).
Selanjutnya, ia mengungkapkan, tren konsumsi batu bara di Indonesia sendiri masih tumbuh positif. Hal itu karena batu bara merupakan komoditas yang sangat diperlukan dalam kehidupan, salah satunya adalah PLN. Pada 2020 PLN memberikan kontribusi sebesar 39% dari total pembangkit listrik yang dimiliki. Selain itu, Niken menginfokan bahwa PLN Indonesia akan tetap menggunakan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
“Ketergantungan yang besar terhadap PLTU di Indonesia ini membuat permintaan batu bara akan tetap stabil. Dan mungkin bisa meningkat lagi kedepannya atau lebih besar lagi diiringi dengan penyelesaian pembangunan PLTU yang sedang dikerjakan. Karena mungkin akan ada penambahan daya sekitar 13.000 mega watt yang akan beroperasi,” paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, Niken juga membahas tantangan yang dihadapi oleh industri batu bara nasional. Menurutnya , akan ada tantangan besar didepan baik secara internal ataupun eksternal. Dari sisi internal, operasional akan melakukan efiensi dari biaya produksi agar dapat memperoleh keuntungan yang maksimal. Sebagai informasi, sektor batu bara ini merupakan sektor komoditas yang dimana permainan harga diluar kendali para pemain.
“Walaupun saat ini mungkin harga sedang meningkat, ditahun yang akan datang bisa saja terjadi kondisi yang sebaliknya,”tandasnya.
Kemudian ia melanjutkan, tantangan untuk menjaga efisiensi biaya produksi belum menjadi tantangan tersediri bagi para pemain disektor batu bara. Namun yang perlu dipertimbangkan adalah pemanfaatan teknologi untuk mendukung produksi batu bara.
Sementara dari tantangan eksternal berupa tuntutan untuk lebih menjalankan kegiatan pertambangan yang ramah lingkungan sebagai upaya meningkatkan daya saing dengan sumber energi terbarukan. (TIA)