ECONOMICS

Trump Sebut Pembicaraan Dagang dengan China Tidak Mudah, Berlanjut Hari Ini

Febrina Ratna Iskana 10/06/2025 07:55 WIB

Trump menyebut pembicaran dagang dengan China tidak mudah. Para penasihat akan bertemu lagi pada perundingan hari kedua, Selasa (10/6/2025) di London.

Trump Sebut Pembicaraan Dagang dengan China Tidak Mudah, Berlanjut Hari Ini. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Pembicaraan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China akan berlanjut ke hari kedua, Selasa (10/6/2025). Menurut seorang pejabat AS, kedua pihak berupaya meredakan ketegangan atas pengiriman teknologi dan unsur tanah jarang.

Perwakilan kedua negara mengakhiri perundingan hari pertama, Senin (9/6/2025), setelah lebih dari enam jam di Lancaster House, sebuah rumah besar abad ke-19 di dekat Istana Buckingham. Pembicaraan berakhir sekitar pukul 8 malam waktu London.

>

Para penasihat akan bertemu lagi Selasa pukul 10 pagi di ibu kota Inggris tersebut.

"Kami baik-baik saja dengan China. China tidak mudah," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada Senin seperti dilansir dari Bloomberg.

"Saya hanya mendapat laporan yang bagus," lanjutnya.

Delegasi AS dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent, dengan Menteri Perdagangan Howard Lutnick dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer. Kehadiran Lutnick, mantan CEO Cantor Fitzgerald, menggarisbawahi pentingnya kontrol ekspor dalam diskusi ini.

Bessent mengatakan kepada wartawan di London bahwa mereka mengadakan pertemuan yang baik, dan Lutnick menyebut diskusi tersebut bermanfaat.

Sementara itu, delegasi China dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng, yang meninggalkan tempat perundingan tanpa memberikan komentar kepada media. Turut hadir juga Menteri Perdagangan Wang Wentao dan wakilnya Li Chenggang, perwakilan perdagangan negara tersebut.

>

Wang telah menjadi bagian tetap dalam rombongan Presiden Xi Jinping dalam perjalanan ke luar negeri sejak ia diangkat pada 2020, sementara Li merupakan birokrat perdagangan veteran dan sebelumnya menjadi duta besar untuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Kementerian Perdagangan China dapat dilihat sebagai mitra bagi Departemen Perdagangan AS dan Kantor Perwakilan Dagang.

Sejauh ini, AS mengisyaratkan kesediaan untuk menghapus pembatasan pada beberapa ekspor teknologi dengan imbalan jaminan bahwa China melonggarkan batasan pengiriman tanah jarang, yang sangat penting untuk berbagai macam produk energi, pertahanan, dan teknologi, termasuk telepon pintar, jet tempur, dan batang reaktor nuklir. China menyumbang hampir 70 persen dari produksi tanah jarang dunia.

Secara khusus, pemerintahan Trump siap untuk menghapus serangkaian tindakan baru-baru ini yang menargetkan perangkat lunak desain chip, suku cadang mesin jet, bahan kimia, dan bahan nuklir, kata orang-orang yang mengetahui masalah tersebut. Banyak dari tindakan tersebut diambil dalam beberapa minggu terakhir saat ketegangan meningkat antara AS dan China

Meski begitu, Trump tidak berkomitmen untuk mencabut pembatasan ekspor, mengatakan kepada wartawan "kita lihat saja" ketika ditanya tentang kemungkinan langkah tersebut.

"China telah menipu Amerika Serikat selama bertahun-tahun," kata Trump sambil menambahkan bahwa "kami ingin membuka China."

Kepala Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Kevin Hassett, mengatakan kepada CNBC pada Senin sebelumnya bahwa Pemerintah Trump berharap kesepakatan di London menghasilkan pelonggaran ekspor dari AS dan tanah jarang akan dilepaskan dalam jumlah besar oleh China.

Komentar Hassett dari Washington merupakan sinyal paling jelas sejauh ini bahwa AS bersedia menawarkan konsesi semacam itu, meskipun ia menambahkan bahwa AS tidak akan menyertakan chip paling canggih yang dibuat oleh Nvidia Corp, yang digunakan untuk mendukung kecerdasan buatan.

"Barang Nvidia yang sangat, sangat canggih bukanlah yang saya bicarakan," kata Hassett, seraya menambahkan bahwa pembatasan tidak akan dicabut pada chip Nvidia H2O yang digunakan untuk melatih layanan AI.

"Saya berbicara tentang kemungkinan kontrol ekspor pada semikonduktor lain yang juga sangat penting bagi mereka," sambungnya.

Selama perundingan hari pertama, perdagangan saham China di Hong Kong memasuki pasar bullish, karena beberapa investor berharap pembicaraan tersebut mengisyaratkan meredanya ketegangan perdagangan. Di AS, para pedagang mendorong saham naik, dengan S&P 500 dalam kisaran 2 persendari puncaknya di Februari.

Putaran pertama negosiasi sejak delegasi dari negara-negara bertemu sebulan yang lalu ditujukan untuk memulihkan kepercayaan bahwa kedua belah pihak memenuhi komitmen yang dibuat di Jenewa. Selama diskusi tersebut, Washington dan Beijing sepakat untuk menurunkan tarif selama 90 hari untuk memberi waktu guna mengatasi ketidakseimbangan perdagangan yang oleh pemerintahan Trump dianggap sebagai ketidakadilan.

Meskipun ada kesepakatan itu, perdagangan tidak sepenuhnya pulih pada Mei, dengan ekspor China ke AS turun paling tajam sejak dimulainya pandemi dan impor dari AS turun hampir 20 persen.

Panggilan telepon minggu lalu antara Presiden Donald Trump dan Xi tampaknya memberikan momentum baru untuk mencapai kesepakatan. Ketegangan perdagangan AS-China meningkat tahun ini karena Trump menaikkan bea masuk atas barang-barang China, yang memicu pembalasan dari Beijing.

Hal itu menyebabkan kerugian bagi kedua ekonomi, termasuk ketidakpastian bagi bisnis yang mencoba menavigasi perubahan mendadak dalam kebijakan perdagangan.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE