Wishnutama Sebut 24 Juta Pekerja Indonesia Akan Diganti Mesin Otomatis di 2030
Meski demikian, Wishnutama menambahkan, era disrupsi digital ini akan melahirkan pekerjaan-pekerjaan baru.
IDXChannel - Transformasi era digital memberikan peluang baru untuk masyarakat memulai bisnisnya. Kemajuan teknologi digital, bukan serta merta seluruh masyarakat menciptakan platform digital, yang beberapa tahun kebelakang menjadi pasar yang bagus.
Komisaris Utama Telkomsel, Wishnutama menyampaikan berdasarkan data yang dilihatnya, pada tahun 2030 mendatang, ada sekitar 800 juta pekerjaan di dunia ini yang akan tergantikan oleh auto Machine.
Sementara untuk dalam negeri sendiri, ada sebanyak 21 sampai 24 juta Pekerjaan yang juga digantikan oleh auto machine. Meski demikian, Wishnutama menambahkan, era disrupsi digital ini akan melahirkan pekerjaan-pekerjaan baru.
"Sementara akan ada 40 juta Pekerjaan baru sebetulnya, tetapi harus terjadi masive reskliling di Indonesia, dari 40 juta pekerjaan itu ada 10 juta pekerjaan yang jenisnya baru," ujar Wishnutama ketika menjadi pembicara Workshop, Selasa (5/10/2021).
Meski demikian, bukan berarti seluruh masyarakat untuk merubah bisnisnya ke digital, menurutnya perkembangan digital ini menjadi penting di ikuti oleh kegiatan produktif masyarakat.
Wishnutama memberi analogi sederhana terkait fenomena tersebut, seperti contoh masyarakat Indonesia sudah pandai dalam hal tekhnologi sampai membuat video platform yang hebat.
"lha terus yang bikin kontennya siapa Itu kan tetap membutuhkan orang produksi, untuk produksi film yang berkualitas, naskahnya bagus, penyutradaraannya bagus, itu kan bukan digital, itu pekerja-pekerja yang tetap mensupport the ecosystem, itu kan juga perlu, jadi perlu pekerja digital yang mensupport the ecosystem," sambung Whisnutama.
Menurut mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) itu jadi bukan semua harus belajar digital perlu sebuah dukungan pekerja yang mensupport the ecosystem digital tersebut.
"Contoh kedua e-commerce, misal kita bikin semua e-commerce dan hebat lah e-commerce kita, tapi nanti tidak ada yang bikin baju buatan Indonesia gimana, akhirnya baju buatan Indonesianya kalah saing, karena bikin baju kan bukan pekerjaan digital," lanjut Wishnutama
Wishnutama menambahkan, Jangan sampai e-commercenya canggih, akan tetapi yang produk-produk yang dijual produk justru produk asing karena minimnya produksi dalam negeri.
"Itu yang harus kita pahami, harus diciptakan ekosistem yang lebih menarik, jangan sampai teman-teman kita ini sudah jago jadi dara Scientis atau pandai tentang UX,UI, tetapi tinggalnya disingapur malah," pungkasnya. (TIA)