INSPIRATOR

3 Cerita Inspiratif Entrepreneur yang Pernah Terlilit Utang Miliaran Rupiah, Bagaimana Caranya?

Nadya Kurnia 09/02/2023 20:13 WIB

Para pengusaha ini pernah terjerat utang hingga miliaran rupiah, namun berhasil keluar dari lingkaran utang dan memulai bisnis baru.

3 Cerita Inspiratif Entrepreneur yang Pernah Terlilit Utang Miliaran Rupiah, Bagaimana Caranya? (Foto: Youtube/Pecah Telur)

IDXChannelCerita inspiratif bisa datang dari mana saja, termasuk dari pengalaman-pengalaman tidak mengenakkan yang dialami wirausaha saat terjerat utang yang menumpuk. Banyak di antaranya yang berhasil terbebaskan dari utang dan memulai lembaran bisnis baru. 

Utang bisa menjadi modal usaha yang baik jika dikelola dengan cermat. Sebab dengan pengelolaan yang cermat pun, terkadang kelangsungan bisnis tetap tak sesuai dengan perkiraan, sehingga membuat orang merugi dan pada akhirnya gagal membayar utang. 

Ada pula yang terlilit utang bukan karena tak mampu mengelola dana, melainkan ditipu oleh rekan atau karyawan sendiri. Sehingga mau tak mau, beban yang mestinya milik orang lain itu menjadi tanggungan si pengusaha

IDXChannel mengumpulkan beberapa cerita inspiratif dari para pengusaha yang dulu pernah terjerat utang hingga miliaran rupiah, namun kini berhasil bangkit dari keluar dari lingkaran utang tersebut. 

Seperti apa cerita inspiratif mereka? Simak ulasan singkatnya berikut ini. 

Cerita Inspiratif Para Pengusaha Terlepas dari Jeratan Utang 

1. Hendra Dinata, pemilik skincare Salina Herbal

Hendra Dinata adalah seorang entrepreneur skincare herbal asal Jepara. Sebelum ia sukses mengelola bisnis sekarang, Hendra pernah terjerat utang hingga Rp2,2 miliar. Utang itu ia dapatkan untuk mengelola bisnis sebelumnya, yakni bisnis laundry. 

Hendra melakoni bisnis laundryitu pada 2007-2013. Saat usahanya tengah lancar, ia ditawari pinjaman oleh bank dengan iming-iming cicilan rendah dari nilai bagi hasilnya ke investor. Saat itu, Hendra sudah membuka tiga cabang dan 15 agen.

Namun rupanya, bisnis tak selamanya berjalan lancar. Kebetulan pula, saat itu permasalahan di usahanya mulai bermunculan. Karyawan berkinerja baik mengundurkan diri, kualitas layanan yang menurun, dan karyawan lainnya berlaku curang. 

Padahal, bisnis laundry sangat bergantung pada konsistensi pelayanan. Persoalan utang ini memuncak saat Hendra tergiur tawaran investasi franchise lembaga pendidikan. Tanpa berpikir panjang, Hendra menggelontorkan uang Rp800 juta. 

Namun rupanya, outlet franchise yang dijanjikan lembaga pendidikan itu tak kunjung dibuka. Si pemilik lembaga malah menghilang tanpa jejak. Investasi yang ia harapkan itu malah membuatnya merugi habis-habisan. 

Hendra terjerat utang Rp2,2 miliar secara total. Ia terpaksa menjual seluruh aset, termasuk rumah beserta perabotnya, untuk membayar utang. Namun tentu saja uang yang didapat tidak cukup, ibu mertuanya akhirnya membantu dengan menjual sebagian hartanya. 

Dengan sisa uang Rp700.000, Hendra memindahkan istrinya ke kost putri, sementara ia menggelandang di emperan masjid. Namun dari situlah titik baliknya dimulai. Ia mengikuti pelatihan membuat sabun herbal di masjid. 

Hendra lantas memberanikan diri untuk meracik formula sabun herbal gel dan batangan. Ia juga mengikutsertakan produknya ke ajang-ajang kompetisi dan berhasil menang sebagai juara satu di tiap perlombaan. 

Ia gunakan uang hadiah perlombaan itu untuk mengurus paten produk buatannya. Saat paten dan legalitas terbit, uangnya telah habis. Namun secara bersamaan, ia mendapatkan pesanan dalam jumlah besar. 

Ia meminta bayaran di muka untuk memodali produksi pertamanya. Dari sanalah, perlahan kondisi keuangannya membaik secara berangsur-angsur. Keuntungan yang ia dapat, digunakan untuk melunasi utang dan menambah aset dalam bentuk peralatan produksi. Bisnisnya akhirnya berjalan lebih lancar dengan sistem produksi dan manajemen yang lebih solid. 

2. Saptuari Sugiharto, pemilik Tengkleng Hohah dan Kedai Digital 

Saptuari Sugiharto adalah pemilik restoran Tengkleng Hohah dan Kedai Digital di Yogyakarta. Sebelum mengelola kedua bisnis ini, ia sempat terjerat utang hingga Rp2 miliaran. 

Sebelum membuka resto, Saptuari memiliki bisnis percetakan digital yang menuai profit. Ia mengembangkan bisnis itu dengan modal yang sebagian didapatkan dari pinjaman bank. Namun selain meminjam uang untuk mengelola usaha, ia juga tergiur untuk membeli barang dengan kredit. 

Mobil, iPad, dan ruko adalah hal yang dibelinya dengan utang. Namun bisnisnya tak berjalan lancar. Ia pernah kemalingan hingga aset berupa belasan komputer raib, mobilnya dibobol maling, iPadnya dicuri. Selain itu, peralatan produksi yang ia beli dari utang bank pun kerap bermasalahan. 

Ia menyadari bahwa pinjaman yang ia dapatkan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan usahanya tidak membawa berkah. Dari situ, Saptuari bertekad untuk keluar dari jeratan utang bank. 

Ia menjual ruko yang ia beli dengan utang itu, berikut mobilnya. Sisa utang ia bayar dalam waktu beberapa bulan saja dengan berbagai macam cara. Salah satunya dengan menerbitkan buku motivasi yang akhirnya meledak di kalangan tertentu. 

Saptuari akhirnya memulai bisnis baru tanpa pinjaman dari bank sepeser pun. Ia mengelola bisnisnya dengan modal seadanya, sembari memperbaiki usahanya secara bertahap. 

3. Hermawan Tandi, pemilik Resto Kebuli ArRafi

Hermawan Tandi adalah pemilik resto nasi kebuli. Namun sebelum membuka bisnis kuliner itu, Hermawan sebenarnya adalah pengusaha distributor besi. Perusahaannya itu sukses tanpa lika-liku yang berat. 

Dari usaha yang digelutinya itu, Hermawan bisa memiliki tiga rumah dan mempekerjakan beberapa karyawan. Namun siapa sangka, usahanya itu menyimpan utang Rp12 miliar yang baru diketahui setelah audit. 

Jika dua pengusaha sebelumnya terjerat utang karena tergiur kemudahannya, maka Hermawan terjerat utang karena aksi penggelapan dana yang dilakukan karyawannya. Ia adalah korban dari kejahatan keuangan. 

Setelahnya, ia bertemu dengan wanita yang kini menjadi istrinya dan menjadi seorang mualaf. Tak lama kemudian, Hermawan menjual ketiga rumahnya untuk melunasi utang. Namun masih ada sisa utang Rp3,5 miliar yang harus ia bayar. 

Saat itulah, Hermawan dan istrinya berkunjung ke suatu tempat dan makan nasi kebuli. Ia dan istrinya akhirnya terpikir untuk membuat usaha nasi kebuli, apalagi istrinya sangat pandai untuk mencicip rasa. 

Hermawan berhasil melunasi sisa utangnya itu selama dua tahun dari hasil penjualan nasi kebuli yang dilakoninya bersama sang istri. Mulanya, mereka hanya berjualan online. Namun setelah utangnya lunas, Hermawan akhirnya berekspansi dengan membuka restoran. 

Demikianlah tiga cerita inspiratif dari para pengusaha yang pernah terjerat utang miliaran. Mereka bertahan dan memutar otak untuk melunasi bisnisnya, lalu bangkit kembali untuk membuka bisnis baru dengan cara yang lebih baik. (NKK)

SHARE