Gagal Jualan Bakso, Pria Asal Bantul Ini Sukses Produksi Mesin Pertanian
Seorang pria bernama Mansur Mashuri sukses mengembangkan usaha rumah mesin setelah gagal berjualan bakso.
IDXChannel – Seorang pria bernama Mansur Mashuri sukses mengembangkan usaha rumah mesin setelah gagal berjualan bakso. Dia berhasil membangun usaha produksi mesin-mesin pengolahan hasil pertanian di Jalan Parangtritis KM 5,6 Sewon, Bantul.
Dalam channel youtube CapCapung, Mashuri menceritakan bagaiman dia memulai usahanya dari nol. Lulusan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta ini mengawali usaha dengan berjualan bakso dan susu kedelai. Namun dua tahun berjalan, justru usahanya bangkrut dan modal habis.
“Tidak gampang, setahun usaha bakso belum ada hasilnya. Tahun kedua tetap tidak berhasil malah habis-habisan. Akhirnya saya sadar dan tutup usaha itu,” katanya seperti dikutip dari inews.id, Sabtu (22/1/2022).
Usaha produksi mesin pengolahan ini melalui proses yang panjang. Kebetulan selama kuliah dia aktif dalam lembaga pengabdian masyarakat (LPM), sehingga kerap bertemu pelaku Usaha mikro kecil (UKM) dalam memberikan pendampingan.
Selama kuliah, Mansur juga kerap membuat prototipe industri pengolahan dalam skala kecil untuk diaplikasi kepada pelaku UKM. Ketertarikan ini didasari produktivitas yang tinggi jika didukung dengan mesin, bukan secara manual.
“Sejak saat itu saya mantap ingin berwirausaha,” ujarnya.
Mansur mengatakan dalam kondisi itu dia masih menyalurkan hobi penelitian dan menuangkan hasilnya ke dalam tulisan. Saat itu dia menulis tentang olahan sabut kelapa (cocomesh) yang menjadi titik awal dia berani berusaha.
Dari tulisan itu dia mendapat tantangan dari PT Freeport tentang produk cocomesh berupa jaring sabut kelapa untuk reklamasi tambang. Mereka minta dikirimi sampel produk yang ditawarkan dan ternyata sambutannya cukup bagus. Sejak saat itulah mereka minta dikirimi produk ini.
“Dari situ saya melakukan riset lain dan menuangkan ke dalam prototipe mesin,” katanya.
Mansur juga membuat blog dengan nama rumah mesin yang berisi tulisan tentang produk mesin. Dari situlah dia banyak mendapatkan pasar dan pesanan. Hanya saja perusahaan yang dijadikan mitra tidak konsisten dalam memproduksi, sehingga kadaang konsumen komplain terkait kualitas produk.
Akhirnya pada 2015 dia memutuskan membuat produk sendiri yang dikerjakan empat orang teman-temannya. Usaha ini terus berjalan hingga tiga tahun dan terus berkembang sehingga mendirikan rumah mesin.
“Visi kami betul-betul riil ingin membantu usaha pengolahan hasil pertanian dan olahan makanan dengan mesin yang tepat guna dan harganya terjangkau,” ujarnya.
Mansur mengakui dalam usaha ini dia banyak menemukan tantangan. Salah satunya mensikapi keluhan pelanggan. Namun mereka berupaya merespon dengan cepat permaslaahan yang ada.
Bahkan merereka siap menarik mesin mereka kembali dan mengembalikan uang yang dibayarkan konsumen. Seiring berjalannya waktu, pada 2019 dikembangkan rumah mesin peduli, yakni wadah untuk mengadvokasi dan memberikan bantuan kepada pelaku UMKM yang ingin berusaha atetapi tidak memiliki modal. Sudah banyak pelaku UMKM yang mandiri menekuni usaha dari mesin yang dia produksi. (TIA)