Kisah Sukses Penjual Telur yang Rela Tinggalkan Gaji Puluhan Juta Demi Buka Bisnis
Popi Dian Hartini adalah penjual telur yang rela meninggalkan pekerjaan dengan gaji Rp70 juta per bulan demi memulai bisnis sendiri.
IDXChannel—Kisah sukses penjual telur yang dulunya sebagai agen asuransi dapat dijadikan inspirasi. Popi Dian Hartini adalah seorang penjual telur yang saat ini bisa menjual 150 ton telur per bulannya.
Perjalanan bisnisnya ini diangkat oleh beberapa kanal YouTube, termasuk Jaga Lilin. Dalam tayangan di kanal tersebut, Popi berceita sejak kecil sebenarnya senang berjualan. Dia pernah menyewakan buku-buku, dan berjualan es teh saat SMP.
Selepas lulus kuliah, Popi bekerja dengan gaji Rp2 juta dan mulai merintis usaha pertamanya, yakni di bidang transportasi dengan membeli angkot untuk dikemudikan orang lain.
Namun sayang, upayanya memberdayakan angkot yang dibelinya secara mencicil itu tidak berbuah manis. Popi berulang kali mengalami musibah. Angkotnya ditabrak bus, lalu tak lama kemudian angkotnya juga dicuri.
Terakhir, supir angkotnya dibunuh saat bertugas. Kejadian ini membuatnya trauma. Popi kembali membeli angkot, tapi kali ini dia ingin memberikan asuransi untuk supir dan kendaraan miliknya.
Dari sinilah Popi akhirnya menemukan peluang untuk bekerja sebagai agen asuransi. Rupanya, menjadi agen asuransi dapat menghasilkan pendapatan tinggi. Tujuh tahun Popi pekerja di bidang itu hingga menjabat sebagai agency director.
Saat itu gajinya sudah Rp70 juta per bulan, dan secara ekonomi Popi sudah sukses. Dia sudah mampu membeli rumah di kawasan pengembangan yang baik dan mobil pribadi. Namun muncul kebimbangan setelahnya, terkait kehalalan dan keharaman pekerjaannya.
Popi akhirnya memutuskan resign. Dia menjual rumah dan mobilnya, lalu mengontrak rumah yang lebih kecil dan mobil yang murah. Sisa uang dari penjualan asetnya itu senilai Rp400 juta, digunakannya untuk memulai bisnis penjualan telur ayam.
Dia memilih komoditas telur, karena saat pandemi permintaan telur terbilang tinggi. Selain itu pemerintah juga tengah gencar menyalurkan bansos.
“Prediksi aku bisnis ini long lasting, pandemi banyak yang bangkrut, tapi telur akan dibutuhkan terus,” kata Popi dalam kanal YouTube Cerita Untungs.
Awalnya dia membeli 1 ton lebih telur, kemudian sisa 800 kilogram dia jual sendiri dengan mobil kap, juga di kios kecil yang dibukanya. Popi juga keliling warung-warung untuk menawarkan telur.
Sampai akhirnya 800 kg telur itu habis. Setelah membangun pasar, Popi mulai mendapatkan repeat order. Dari sehari terjual 10-15 kg, lama kelamaan dia bisa menjual ratusan kilo dalam sehari.
Popi juga menghadapi banyak tantangan. Mulai dari harga yang jatuh, telur yang datang dalam keadaan pecah, bahkan bangkrut karena masalah pembayaran yang belum lunas. Awal bisnis telurnya ini merugi dan mencatatkan minus.
Modalnya habis, telurnya pun habis, dia malah terlilit utang. Dengan sisa kontrakan empat bulan, dan bantuan modal dari orang tuanya, Popi bernegosiasi dengan peternak telur dan menggaji karyawan.
Pada bulan keempat setelah memulai ulang bisnis telurnya itu, Popi berhasil. Pada momentum itu, Popi sudah bisa belanja secara tunai. Lama kelamaan dia mampu menjual hingga berton-ton dalam sehari. Dia juga sudah memasok telur untuk restoran-restoran.
Itulah kisah sukses penjual telur yang rela tinggalkan gaji Rp70 juta per bulan.
(Nadya Kurnia)