4 Saham Kelapa Sawit 2023 Paling Mahal: Salah Satu Bergerak di Zona Hijau
Ada empat saham kelapa sawit dengan harga termahal di BEI saat ini.
IDXChannel—Ada banyak saham kelapa sawit telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2023, setidaknya ada lebih dari 20 emiten di sektor industri agribisnis yang salah satu usahanya bergerak di bidang perkebunan atau perdagangan CPO.
Dengan luas lahan kelapa sawit yang mencapai 16,8 juta hektare, Indonesia menjadi salah satu produsen sekaligus eksportir crude palm oil terbesar di Indonesia. Pada 2022, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatatkan produksi CPO mencapai 46,73%.
Capaian itu menurun 0,34% dibanding realisasi setahun sebelumnya. Tren produksi CPO memang menurun sejak 2020, tak lama setelah pandemi COVID-19 melanda dunia. Namun selain pandemi, penurunan produksi juga dipengaruhi beberapa faktor lain.
Antara lain disebabkan oleh cuaca ekstrem basah; perang Ukraina-Rusia; kenaikan harga minyak nabati, minyak bumi, dan pupuk; kebijakan larangan ekspor produk minyak sawit; dan pencapaian program peremajaan sawit rakyat yang rendah.
Konsumsi CPO dalam negeri pun terbilang tinggi, yakni mencapai 20,97 juta ton sepanjang tahun lalu. Naik 13,82% bila dibandingkan dengan tingkat konsumsi pada 2021. Sementara itu total ekspor CPO mencapai 30,8 juta ton, menurun 8,53% dari realisasi 2021.
Melihat perkembangan produksi dan perdagangan CPO, boleh dibilang harga saham CPO sangat dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal. Terlebih, Indonesia masih mengekspor dalam bentuk komoditas mentah yang harganya pun berubah-ubah.
Dari sekian banyak saham CPO di Bursa Efek Indonesia, ada beberapa yang kini diperdagangkan dengan harga yang cukup mahal. Apa saja? Simak ulasannya di bawah ini.
Saham Kelapa Sawit 2023 Termahal di Bursa Efek Indonesia
1. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
Pada perdagangan hari ini (31/5), AALI ditutup pada harga Rp7.050 per saham, turun 4,41% dari penutupan kemarin. Dalam setahun pun AALI mengalami tren penurunan. Bila ditarik ke lima tahun belakang, harga AALI turun 40,76%.
Selama periode tersebut, AALI pernah menyentuh harga tertinggi pada Rp14.500 per saham, yakni pada Desember 2019. AALI merupakan anak usaha PT Astra Internasional Tbk (ASII), sekaligus perusahaan kelapa sawit terbesar kedua di Indonesia.
AALI memiliki lahan perkebunan sawit seluas 297.011 hektare yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. AALI juga mengoperasikan pabrik pengolahan di beberapa provinsi dan mengolah CPO menjadi olein, stearin, dan PFAD untuk diekspor.
Saat ini, rasio price to book value (PBV) AALI adalah 0,62. Sementara rasio earnings per share (EPS) mencapai 467,02. Adapun rasio net profit margin-nya mencapai 4,72%.
2. PT FAP Agri Tbk (FAPA)
Pada perdagangan hari ini FAPA ditutup di level Rp5.000, naik 0,20% dari penutupan sebelumnya. FAPA adalah satu-satunya saham kelapa sawit yang mencatatkan tren kenaikan. Selama setaun, harga FAPA tumbuh 39,28%. Emiten ini memang belum lama melantai di bursa, yakni pada 2021 silam.
Dilansir dari laman resmi FAPA, emiten ini menguasai lahan seluas 110.000 hektare yang tersebar di Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Riau. Seluruh lahan itu dikelola dalam sembilan perusahaan. FAPA juga memiliki lima pabrik kelapa sawit dan satu pabrik pengolahan kernel.
Saat ini, PBV FAPA mencapai 4,89. Sementara rasio EPS-nya mencapai 195,39 dan net profit margin-nya mencapai 14,69%.
3. PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR)
SMAR ditutup pada level Rp4.700 per saham pada perdagangan hari ini. Selama setahun belakangan, harga SMAR bergerak di kisaran Rp4.000 lebih per saham sampai dengan Rp5.000 lebih. Namun jika ditarik hingga lima tahun ke belakang, harga SMAR tumbuh 17,50%.
SMAR merupakan salah satu perusahaan di bawah bendera Sinar Mas Group. Saat ini, SMAR memiliki 136.000 hektare lahan sawit yang 23% adalah milik petani plasma. Selain bergerak di bidang perkebunan, SMAR juga memiliki rantai hilirisasi yang lengkap.
Berdasarkan laman resmi PT SMART Tbk, emiten ini memiliki 16 pabrik CPO, empat pabrik pengolahan inti sawit, empat pabrik rafinasi, dua pabrik biodiesel, dan satu pabrik oleokimia. Produk turunan yang dibuat SMAR antara lain minyak goreng (Filma & Kunci Mas), margarin, shortening, biodiesel, dan produk oleokimia.
Produk-produk olahan CPO dari pabrik-pabrik SMAR ini dijual ke lebih dari 60 negara. Saat ini, rasio PBV SMAR adalah 0,78%, sementara EPS-nya mencapai 1.664,79, dan net profit margin-nya mencapai 6,29%.
4. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO)
Harga SGRO pada perdagangan hari ini ditutup pada level Rp2.010 per saham. Secara tahunan, SGRO pun mengalami tren penurunan dengan persentase 12,61%. Sementara jika ditarik lima tahun ke belakang, SGRO turun 14,10%.
Dalam periode tersebut, SGRO menyentuh titik tertinggi pada Rp2.550 per saham, yakni pada Maret 2019, dan turun di titik terendah pada Rp1.385 per saham pada November 2020.
Dilansir dari laman resmi PT Sampoerna Agro Lestari Tbk, emiten ini memiliki luasan lahan sawit mencapai 84.033 hektare pada 2021, yang mayoritas berlokasi di Kalimantan dan Sumatera. SGRO juga memiliki delapan pabrik pengolahan, lima di Sumatera dan sisanya di Kalimantan.
Untuk mengurangi ketergantungan bisnis pada CPO, SGRO juga merambah ke komoditas sagu dan karet, dengan luas perkebunan sagu mencapai 12.872 hektare di Riau dan luasan lahan karet mencapai 21.572 hektare di Kalimantan Barat.
Saat ini, rasio PBV SGRO adalah 0,72%, sementara rasio EPS-nya mencapai 577,26. Adapun net profit margin-nya mencapai 18,51%.
Itulah sederet saham kelapa sawit 2023 yang harganya paling mahal di Bursa Efek Indonesia saat ini. (NKK)