AS Resesi, Kadin DKI Jakarta: Dunia Terancam Alami Hal yang Sama
AS baru saja mengumumkan pertumbuhan produk domestik bruto(PDB)nya yang minus 0,9 persen pada triwulan II-2022 lalu.
IDXChannel - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mengingatkan agar seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia, dapat segera bersiap dan menyiapkan upaya antisipasi seiring dengan telah masuknya perekonomian Amerika Serikat (AS) dalam kondisi resesi.
Sebagaimana diketahui, AS baru saja mengumumkan pertumbuhan produk domestik bruto(PDB)nya yang minus 0,9 persen pada triwulan II-2022 lalu. Hal itu menjadi yang kedua kalinya secara berturut-turut, mengingat pada trwulan I-2022 pertumbuhan PDB AS juga minus. Dengan demikian, kondisi perekonomian AS resmi masuk dalam kondisi resesi.
Tak hanya di AS, kondisi buruk yang ada saat ini pada dasarnya juga tengah menghinggapi perekonomian dunia secara keseluruhan. Kondisi perekonomian global saat ini masih diliputi oleh ketidakpastian. Dengan aktivitas perekonomian AS yang saat ini tengah terkontraksi, dikhawatirkan bakal meningkatkan risiko terjadinya resesi perekonomian dunia.
"Hal ini tidak dapat dimungkiri bahwa saat ini AS adalah raksasa perekonomian dunia. Jadi bila mereka resesi, maka ekonomi dunia juga terancam akan mengalami hal yang sama," ujar Ketua Umum Kadin DKI Jakarta, Diana Dewi, kepada MNC Portal Indonesia, Jumat (29/7/2022).
Menurut Diana, saat ini segenap aktivitas perekonomian di hampir seluruh negara di dunia bisa dianggap terkoneksi secara global dengan perekonomian AS. Kondisi saling terhubung itulah yang disebut Diana bakal menjadi jalan merembetnya resesi ke negara-negara lain bila tidak diantisipasi dengan baik.
Di lain pihak, Diana juga meyakini bahwa resesi AS bakal berpotensi mendorong pelaku dunia usaha enggan meminjam dana dari perbankan. Jika kondisi ini benar-benar terjadi, maka dampaknya terhadap upaya pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi COVID-19 juga berpotensi bakal terganggu.
"Kemenkeu (Kementerian Keuangan) kan sebelumnya sudah merilis, bahwa bila terjadi tekanan inflasi tinggi di AS maka berpotensi menaikkan suku bunga acuan. Saat bunga tinggi, maka konsumen dapat pengembalian yang lebih tinggi atas uang yang mereka simpan di rekening bank," tutur Diana.
Namun, dari sisi pengusaha sendiri, Diana meyakini bahwa tingginya bunga tentu akan membuat para pelaku usaha bakal berpikir ulang untuk meminjam dana ke bank.
"Karena bunga yang harus dibayar juga jadi lebih tinggi, sehingga minat untuk meminjam uang di bank justru akan menurun. Kondisi ini tentu akan berpengaruh juga terhadap program pemulihan ekonomi nasional yang saat ini sedang berlangsung," tegas Diana. (TSA)