MARKET NEWS

Asing Cenderung Outflow, Indonesia Masih Jadi Favorit Investor

Anggie Ariesta 24/11/2023 08:29 WIB

Perilaku investor di tengah gejolak dinamika global beberapa bulan terakhir menjadi mimpi buruk untuk investasi Indonesia.

Asing Cenderung Outflow, Indonesia Masih Jadi Favorit Investor (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Perilaku investor di tengah gejolak dinamika global beberapa bulan terakhir menjadi mimpi buruk untuk investasi Indonesia. 

Investor dinilai makin sedikit untuk masuk ke saham hingga rupiah. Hal itu juga didorong oleh kebijakan Bank Indonesia (BI) baru-baru ini menaikkan suku bunga menjadi 6% sementara Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Namun demikian, Indonesia masih menjadi favorit investor asing dalam menanamkan modal mereka.

"Prediksinya Amerika akan tetap higher for longer tapi juga slower for longer artinya masih lama (pertahankan suku bunga), tapi Indonesia masih darling (disayang) lah buat investor (asing)," kata Pengamat Pasar Uang Junito Ahmad Haryono yang kerap disapa Tomi dalam Media Gathering Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas), Padalarang, Kamis (23/11/2023).

Jika berkaca pada US Treasury bond, maka sebagai pelaku pasar di Indonesia bisa 'memasak' sedemikian rupa agar suku bunga tidak kelihatan mahal tetapi tapi di korporasi masih menikmati suku bunga yang dibawah BI7DRR.

"Kalo dibilang gini, mau ikut balapan tapi suku bunga kita berat, karena sangat mungkin BI menurunkan tingkat suku bunga sampai mendekati angka 3% atau 4% lah," ungkap Tomi.

Selain itu, market BI secara domain melihat tekanan outflow bola dari Indonesia yang ke luar negeri itu cukup besar sehingga soft payment dan current account nya mengalami defisit.

"Oleh karena itu terjadi semacam persepsi bahwa ternyata US Treasury yang 10 tahun ada di sekitar 4,5%-4,6% dibandingkan rupiah bonds yang 10 tahun ada di 6,6% itu spare nya cuma 2%, tidak menarik dan bahkan berisiko," jelas dia.

Dengan kata lain, menurut Tomi karena US Treasury itu kisaran 2,8% sampai 3,5%, artinya orang asing lebih cenderung tarik pulang rupiah bondsnya ke dolar karena dolar AS lebih menarik.

"Bahkan di Singapura juga kita melihat DHE DHE mungkin agak males dateng ke Indonesia karena Singapura masih nawarin 5,7% dibanding Indonesia perbankan sekitar 4% gitu," kata dia.

Dengan demikian, hal ini membentuk beberapa kebijakan-kebijakan lagi yang datang secara mendadak dari BI seperti SVBI yang baru saja diluncurkan. 

Kebijakan ini juga diharapkan memancing dolar untuk datang dan 'stay' di Indonesia karena SVBI, sertifikat valas itu dibikin seperti Amerika Serikat.

"Jadi masih menarik, untuk orang Indonesia untuk membeli produk depositnya yang dikeluarkan BI bukan bank sebaliknya liquidity nya bank, depositnya bank, sifting pindah ke BI," pungkas Tomi.

(DES)

SHARE