Beda dengan Saham SINI dan MINA, Magis Hapsoro Tak Ampuh di BUVA?
Saham PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) belum pernah menghijau usai bursa mencabut suspensi perdagangan.
IDXChannel – Saham PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) belum pernah menghijau usai bursa mencabut suspensi perdagangan seiring emiten pengembang hotel dan resor tersebut diakuisisi oleh pengusaha Happy Hapsoro.
Per sesi I, Senin (31/7/2023), saham BUVA stagnan di harga Rp34 per saham. Sebelumnya, saham BUVA anjlok 6 hari beruntun, meninggalkan level gocap (Rp50 per saham).
Sebelum disuspensi, saham BUVA berada di posisi Rp60 per saham.
Saham BUVA bisa diperdagangkan di bawah Rp50 per saham lantaran masuk ke dalam efek dalam pemantauan khusus, terutama karena mendapatkan notasi 7.
Notasi 7 berarti suatu efek memiliki likuiditas rendah dengan kriteria nilai transaksi rata-rata harian saham kurang dari Rp5.000.000 dan volume transaksi rata-rata harian saham kurang dari 10.000 saham selama 6 bulan terakhir di Pasar Reguler dan/atau Pasar Reguler Periodic Call Auction.
Selain notasi 7, BUVA juga ‘dicap’ dengan notasi 5 yang berarti memiliki ekuitas negatif pada laporan Keuangan terakhir.
BUVA masuk daftar pemantauan khusus tersebut sejak 31 Mei 2022.
Sebelumnya, Hapsoro membeli saham BUVA melalui PT Nusantara Utama Investama.
Nusantara Utama Investama masuk ke BUVA lewat skema penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) alias private placement.
Menurut keterbukaan informasi BUVA, pada 26 Juni, aksi korporasi tersebut dilakukan dalam rangka konversi sebagian utang perusahaan.
Sebelumnya, BUVA telah menandatangani Perjanjian Penyelesaian Utang di mana sebagian utang perseroan yang dahulunya dari kreditur awal (PT Bank Central Asia Tbk/BBCA) dan telah dialihkan kepada kreditur baru (PT Nusantara Utama Investama) akan dikonversi menjadi saham baru perseroan.
Sehubungan dengan itu, BUVA akan menerbitkan saham sebanyak 12.573.477.346 lembar saham
dengan nilai nominal Rp50 per saham atau setara dengan 64,86% dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan setelah pelaksanaan PMTHMETD.
Nusantara Utama Investama, sebagai kreditur baru, akan menjadi pengendali anyar BUVA dengan menggenggam keseluruhan saham anyar PMTHMETD tersebut atau sebanyak 12.573.477.346 (64,86 persen).
Seperti aksi-aksi sebelumnya, kali ini Hapsoro kembali menggunakan PT Basis Prima Utama (Basis Investment) untuk mencaplok perusahaan. Hapsoro menguasai 99,9 persen saham Basis Prima Utama.
Dalam keterbukaan informasi BUVA, PT Basis Utama Prima menguasai 99,99 persen saham PT Nusantara Utama Investama.
“Pemilik Manfaat Calon Pengendali Baru adalah Bapak Hapsoro,” jelas keterbukaan tersebut.
Sebagai informasi, Hapsoro, yang adalah suami Ketua DPR RI Puan Maharani, memiliki sejumlah kepemilikan saham di beberapa emiten yang manggung di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hapsoro menguasai emiten migas PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) lewat kepemilikan saham langsung 28,51 persen dan secara tidak langsung lewat PT Basis Utama Prima 11,54 persen dan perusahaan afiliasi PT Sentosa Bersama Mitra 33,92 persen.
Di saham emiten pengelola hostel PT Singaraja Putra Tbk (SINI), Hapsoro masuk melalui Basis Energi Prima, anak usaha Basis Utama Prima, dengan kepemilikan 12,00 persen. Sementara, Basis Utama Prima menguasai 45,71 persen saham pengelola properti resort di Bali PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA).
Selain itu, Hapsoro, via Basis Investment, juga memiliki 40,00 persen saham emiten hotel PT Red Planet Indonesia Tbk (PSKT), sebanyak 6,17 persen emiten emas PT Archi Indonesia Tbk (ARCI). Hapsoro,melalui PT Sentosa Bersama Mitra juga memiliki saham secara tidak langsung di PT Petrosea Tbk (PTRO).
Tidak Seheboh SINI dan MINA
Lantaran masih berjuang memperbaiki kinerja keuangan, apalagi masih masuk ke dalam efek pemantauan khusus, saham BUVA tidak merespons positif masuknya Hapsoro, tidak seperti saat pengusaha yang minim terekspos pemberitaan media tersebut masuk ke SINI dan MINA pada tahun lalu.
Harga saham SINI sempat meroket hingga batas auto rejection atas (ARA) 25 persen berjilid-jilid pada Akhir November 2022 seiring Hapsoro dan kongsi, lewat PT Basis Energi Prima, PT Autum Prima Indonesia, dan Batubara Development Pte. Ltd. mengambil alih SINI lewat transaksi pada 17 November 2022 dan 22 November 2022 lewat transaksi di pasar negosiasi.
Bahkan, sejak 21 November 2022 hingga 28 Februari 2023, saham SINI sempat meroket 1.090 persen dari harga Rp220-an ke Rp2.600 per saham.
Meskipun, semenjak itu, saham SINI anjlok 49 persen ke Rp1.340 per saham per 31 Juli 2023.
Mirip dengan SINI, saham MINA juga sempat ARA beruntun mulai dari 30 November 2022 hingga awal Desember 2022.
Bahkan, MINA yang sering nyender atau berdiam di level gocap atau Rp50 per saham sejak 2020 lalu sempat melambung ke Rp94 per saham pada 3 Januari 2023 sebelum akhirnya kembali kerap tertidur di gocap sejak April lalu.
Hapsoro, melalui PT Basis Utama Prima atau dikenal dengan Basis Investment, menjadi pemegang saham terbesar di MINA (45,71%) per data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada 30 Juni 2023.
Sebelum ramai-ramai soal SINA dan MINA, perusahaan Happy lainnya, RAJA juga sempat menjadi perhatian pelaku pasar usai reli kenaikan yang tinggi.
Harga saham emiten distributor gas alam tersebut mengalami lonjakan signifikan mulai Juli 2022 hingga sempat menyentuh Rp1.200 per saham pada September, November 2022, dan Mei 2023. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.