Bisnis Kayu Lapis Tak Menjanjikan, Tirta Mahakam (TIRT) Siap Beralih ke Sektor Pelayaran
Aktivitas produksi perusahaan yang bergerak di industri kayu lapis ini telah berhenti sejak pandemi Covid-19 pada 2020.
IDXChannel - PT Tirta Mahakam Resources Tbk (TIRT) siap melakukan transformasi bisnis setelah sahamnya disuspensi selama enam bulan sejak 22 Januari 2025.
Suspensi dilakukan lantaran Tirta Mahakam tidak menunjukkan aktivitas operasional yang signifikan, sekaligus memunculkan kekhawatiran atas kelangsungan usaha.
Sebagai informasi, aktivitas produksi perusahaan yang bergerak di industri kayu lapis ini telah berhenti sejak pandemi Covid-19 pada 2020.
Kondisi tersebut mendorong perseroan untuk melakukan berbagai upaya pemulihan guna mengatasi penyebab suspensi.
Manajemen Tirta Mahakam menilai, industri kayu lapis sudah tidak lagi memberikan prospek usaha yang menjanjikan bagi perseroan. Oleh sebab itu, perusahaan tengah mematangkan rencana transformasi bisnis dari industri kayu lapis ke industri pelayaran.
“Manajemen berkeyakinan, transformasi ke bisnis pelayaran memiliki potensi yang lebih menjanjikan dan dapat memberikan nilai tambah jangka panjang bagi Perseroan,” tulis manajemen dalam keterbukaan informasi BEI, Rabu (16/7/2025).
Perseroan berharap, rencana tersebut dapat memberikan sumber pendapatan dan profitabilitas yang berkelanjutan (sustainable) serta menjamin kelangsungan usaha perusahaan di masa mendatang.
Saat ini, TIRT tengah dalam tahap pemantapan kajian dengan menunjuk Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) independen guna melakukan studi kelayakan (feasibility study) terhadap rencana bisnis pelayaran tersebut.
"Dalam melakukan rencana transformasi bisnis tersebut Perseroan akan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian, tata kelola perusahaan yang baik serta memperhatikan peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di bidang pasar modal dan peraturan terkait lainnya," tutur manajemen.
Dari sisi keuangan, Tirta Mahakam membukukan rugi bersih sebesar Rp40,4 miliar. Kerugian ini naik 21 persen dari 2023 yang sebesar Rp33,4 miliar. Alhasil, rugi bersih per saham setara dengan Rp40,37 per saham.
(DESI ANGRIANI)