Bursa Asia Rebound, Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga Fed Menguat
Bursa saham Asia berbalik arah dan mencatatkan kenaikan pada Rabu (15/10/2025), didorong oleh pernyataan bernada dovish dari Ketua The Fed Jerome Powell.
IDXChannel - Bursa saham Asia berbalik arah dan mencatatkan kenaikan pada Rabu (15/10/2025), didorong oleh pernyataan bernada dovish dari Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell serta laporan keuangan positif dari perbankan besar di Wall Street.
Namun, ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang terus memanas membatasi minat terhadap aset berisiko.
Indeks saham Asia Pasifik di luar Jepang versi MSCI naik 0,45 persen, sedangkan indeks Nikkei menguat 1,34 persen setelah pada hari sebelumnya anjlok 2,6 persen.
Shanghai Composite terkerek 0,15 persen, Hang Seng Hong Kong mendaki 1,16 persen, KOSPI Korea Selatan meningkat 1,86 persen, ASX 200 Australia naik 0,91 persen, dan STI Singapura terapresiasi 0,42 persen.
Sementara, kontrak berjangka (futures) Nasdaq dan S&P 500 masing-masing naik sekitar 0,1 persen.
Melansir dari Reuters, Powell pada Selasa membuka peluang pemangkasan suku bunga lebih lanjut dan menyebut bahwa akhir dari upaya panjang bank sentral untuk mengecilkan neraca keuangannya mulai terlihat.
Pernyataannya, yang dianggap bernada dovish oleh sebagian pelaku pasar, mengangkat sentimen dan memperkuat ekspektasi pelonggaran moneter lebih lanjut tahun ini, dengan sekitar 48 basis poin pemangkasan suku bunga sudah diperkirakan hingga Desember.
“Fed kemungkinan akan segera mengakhiri kebijakan pengetatan kuantitatif, dengan pengumuman mungkin dilakukan pada pertemuan FOMC Oktober mendatang,” ujar Ekonom Internasional Senior di ANZ, Tom Kenny.
Ia menambahkan, “Kami memperkirakan Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan FOMC Oktober dan Desember.”
Hasil kinerja yang solid dari perbankan raksasa AS serta revisi ke atas proyeksi pertumbuhan global 2025 oleh Dana Moneter Internasional turut menopang pasar. Sebelumnya, bursa sempat tertekan akibat memburuknya hubungan dagang AS-China.
Meski demikian, sentimen pasar masih rapuh. Presiden AS Donald Trump pada Selasa mengatakan Washington tengah mempertimbangkan untuk memutus sebagian hubungan dagang dengan China, termasuk untuk produk minyak goreng.
AS dan China juga mulai mengenakan biaya pelabuhan tambahan terhadap perusahaan pelayaran yang mengangkut berbagai barang, mulai dari mainan hingga minyak mentah.
Pasar sempat bergejolak dalam beberapa sesi terakhir akibat eskalasi tajam perang dagang, setelah Trump mengumumkan tarif tambahan 100 persen terhadap barang-barang asal China sebagai balasan atas kebijakan ekspor China yang diperluas secara drastis untuk mineral tanah jarang.
“Ini menunjukkan bahwa gencatan senjata permanen tidak akan mudah dicapai. Tapi ini juga menjadi pengingat bahwa pasar perlu waspada, karena sering kali mereka melontarkan ancaman dan kemudian menariknya kembali,” kata Analis Pasar di IG, Tony Sycamore.
Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer menambahkan, penerapan tarif tambahan 100 persen pada ekspor China ke AS bergantung pada respons Beijing, dan bisa berlaku mulai 1 November atau lebih cepat. Namun, ia mengakui bahwa tidak mudah bagi China untuk mencari jalan keluar.
Dari Eropa, Perdana Menteri Prancis Sebastien Lecornu pada Selasa berjanji menangguhkan reformasi pensiun yang kontroversial hingga setelah pemilu 2027, langkah yang memberi sedikit ruang lega bagi investor.
Futures Eropa menguat tajam di sesi Asia, dengan EUROSTOXX 50 naik 0,8 persen, sementara futures FTSE dan DAX masing-masing menguat sekitar 0,3 persen.
“Saya rasa apa pun yang dapat meredakan tarik-ulur di parlemen Prancis merupakan kemenangan besar,” ujar Direktur Perdagangan di Monex USA, Juan Perez. (Aldo Fernando)