MARKET NEWS

Bursa Saham Asia Bangkit, China Pangkas Suku Bunga Acuan

Dinar Fitra Maghiszha 20/01/2022 10:51 WIB

Bursa saham di kawasan Asia terpantau bangkit menguat pada perdagangan Kamis pagi (20/1/2022).

Bursa saham di kawasan Asia terpantau bangkit menguat pada perdagangan Kamis pagi (20/1/2022). (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Bursa saham di kawasan Asia terpantau bangkit menguat pada perdagangan Kamis pagi (20/1/2022) setelah mengalami tekanan beberapa hari terakhir. Kondisi itu mengabaikan koreksi Wall Street dan pasar Eropa semalam.

Hingga pukul 10:07 WIB, Hang Seng Hong Kong (HSI) naik 1,79% di 24.559,23 Kospi Korea Selatan (KS11) menguat 0,06% di 2.844,00, dan Indonesia Composite Index / IHSG menanjak 0,28% di 6.610,35.

Nikkei 225 Jepang (N225) melambung 0,54% di 27.614,50, Taiwan Weighted (TWII) koreksi -0,45% di 18.145,83, S&P / ASX 200 Australia (AXJO) tertekan -0,19% di 7.318,30, dan Shanghai Composite China (SSEC) turun -0,21% di 3.550,56.

Meskipun awal yang stabil bagi pasar Asia, sejumlah analis mengatakan ada risiko geo-politik, terutama antara Rusia dan Ukraina yang dinilai dapat membebani pergerakan saham global, menambah tekanan yang ada dari prospek kenaikan suku bunga.

"Pasar bisa jadi akan segera mulai mempertimbangkan risiko yang lebih besar atas konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, yang merupakan salah satu alasan mengapa saham dapat terus dijual dan mengapa yield obligasi AS tidak naik satu arah." kata analis ING dalam sebuah catatan, dilansir Reuters, Kamis (20/1/2022).

Ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan bergerak lebih cepat untuk menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi memukul saham teknologi sangat keras semalam, mendorong Nasdaq turun lebih dari 1% ke wilayah koreksi.

Beberapa hari terakhir, aksi jual investor di pasar ekuitas juga mendongkrak obligasi, yang pada akhirnya mendorong yield obligasi AS ke titik tertingginya selama dua tahun pada Rabu (19/1) kemarin.

Sementara itu, Bank sentral China (PBOC) mengumumkan pemangkasan suku bunga acuan hipotek untuk pertama kalinya selama dua tahun. Langkah ini dilakukan menyusul pemotongan suku bunga bank sentral untuk pinjaman jangka menengah yang dikeluarkan Senin (17/1) lalu.

Otoritas moneter Negeri Tirai Bambu itu juga telah mengisyaratkan bahwa akan mengambil langkah-langkah pelonggaran lebih banyak pada tahun ini untuk menopang pertumbuhan yang melambat.

Data yang dirilis pada Senin lalu menunjukkan pelemahan dalam konsumsi dan memberi tantangan terhadao sektor properti, kendati angka pertumbuhan utama masih terbilang kuat. (TIA)

SHARE