MARKET NEWS

Cipta Sarana Medika (DKHH) Banderol Harga IPO Rp132 per Saham, Begini Prospek dan Valuasinya

Dhera Arizona Pratiwi 02/05/2025 19:07 WIB

PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH) membanderol harga saham perdana (IPO) sebesar Rp132 per saham.

Cipta Sarana Medika (DKHH) Banderol Harga IPO Rp132 per Saham, Begini Prospek dan Valuasinya. (Foto Istimewa)

IDXChannel - PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH) membanderol harga saham perdana (IPO) sebesar Rp132 per saham. Angka tersebut merupakan batas atas pada rentang harga yang ditawarkan dalam bookbuilding yakni Rp100-Rp132 per saham.

Total saham yang ditawarkan sebanyak 530 juta saham atau 20,78 persen dari total modal ditempatkan dan disetor penuh pasca IPO. Sehingga, total nilai emisi mencapai Rp69,90 miliar.

Mengutip keterangan resmi perseroan, Jakarta, Jumat (2/5/2025), mayoritas dana IPO akan digunakan untuk ekspansi bisnis perseroan, khususnya untuk pengembangan salah satu rumah sakit milik DKHH yang ada di Sukabumi, yakni RS DKH Cibadak. Selain itu, perseroan juga mengelola dua rumah sakit lainnya, yakni RS DKH Kedungwaringin dan DKH Sukatani yang sama-sama berlokasi di Kabupaten Bekasi.

Rincian dari penggunaan dana IPO perseroan yakni Rp40,76 miliar akan digunakan untuk pembangunan gedung baru di sekitar area rumah sakit DKH Cibadak. Perseroan akan membangun gedung lima lantai yang akan menyediakan sejumlah fasilitas, di antaranya fasilitas poliklinik, rawat inap eksekutif serta penyediaan rawan inap KRIS atau Kelas Rawat Inap Standar yang merupakan sistem baru yang menyamaratakan pelayanan rawat inap tanpa membedakan kelas peserta BPJS.

"Saat ini tingkat utilisasi layanan poliklinik DKH Cibadak telah mencapai sekitar 80 persen, sedangkan layanan rawat inap eksekutif memiliki tingkat utilisasi sekitar 82 persen, yang mencerminkan tingginya kebutuhan akan perluasan fasilitas rawat jalan dan rawat inap," tulis manajemen DKHH.

Selanjutnya, perseroan juga akan menggunakan sekitar Rp3,62 miliar dana IPO untuk belanja modal berupa pembelian CT-Scan serta alat medis dan non-medis yang akan digunakan RS DKH Cibadak. Kemudian, sekitar Rp612 juta dialokasikan untuk merenovasi RS DKH Cibadak yang ada saat ini.

Sisanya, akan dipakai untuk modal kerja termasuk namun tidak terbatas pada biaya pemasaran dalam rangka peningkatan branding perseroan serta pembayaran vendor obat atau farmasi dengan mekanisme pembelian secara Purchase Order (PO).

Selain saham baru, perseroan juga akan menerbitkan 265 juta waran atau 13,12 persen dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dengan rasio 2:1. Artinya, setiap dua saham baru milik investor berhak memperoleh satu waran dengan harga pelaksanaan Rp155 per waran.

Jika seluruh waran dieksekusi, maka perseroan berpotensi mendapatkan tambahan modal maksimal Rp41,07 miliar. Periode penawaran umum dimulai hari ini, 2 Mei 2025 dan akan berakhir pada 6 Mei 2025. Pencatatan saham dan waran di Bursa Efek Indonesia (BEI) diharapkan bisa dilakukan pada 8 Mei 2025.

Lebih lanjut, manajemen DKHH mengungkapkan, dengan menggunakan laba bersih periode 31 Oktober 2024, maka penetapan harga saham IPO DKHH mencerminkan price to earning ratio (PER) sebesar 34,02x dan nilai buku atau price to book value (PBV) sebesar 2,07x.

"Jika dibandingkan dengan PER dan PBV rata-rata perusahaan publik tercatat di industri sejenis yang masing-masing mencapai 231,02x dan 2,22x pada periode yang sama, maka PER dan PBV DKHH lebih rendah, jadi, valuasi saham DKHH cukup menarik dibandingkan perusahaan sejenis yang listing di BEI," kata manajemen DKHH.

Sepanjang Januari-Oktober 2024, perseroan membukukan kenaikan pendapatan sebesar 15,68 persen menjadi Rp126,03 miliar seiring dengan bertambahnya jumlah fasilitas tempat tidur (bed) dan fasilitas kamar. Namun, dengan adanya ekspansi yang dilakukan, perseroan harus membayar bunga pinjaman lebih tinggi sehingga menyebabkan laba bersih tahun berjalan terkikis dari Rp5,33 miliar menjadi Rp2,17 miliar.

"DKHH akan terus melakukan ekspansi mengingat prospek usaha rumah sakit secara global dinilai sangat menjanjikan. Hal ini seiring terjadinya pertumbuhan populasi dan penuaan penduduk. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), populasi dunia diperkirakan mencapai 9,7 miliar pada 2050, dengan proporsi penduduk usia 65 tahun ke atas yang meningkat signifikan. Kondisi tersebut akan mendorong permintaan perawatan kesehatan," ujarnya.

Selain itu, kata manajemen, upaya pemerintah yang terus memperluas cakupan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS Kesehatan akan berdampak signifikan bagi emiten rumah sakit yang memiliki porsi pasien BPJS besar.

Belum lagi, penetrasi asuransi kesehatan swasta yang meningkat turut berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan emiten rumah sakit yang melayani pasien kelas menengah ke atas. Saat ini, DKHH Hospital Groups melayani kedua sistem pelayanan tersebut, yakni melalui BPJS Kesehatan dan juga asuransi.

(Dhera Arizona)

SHARE