MARKET NEWS

Dibayangi Kasus Covid-19, Pasar Obligasi Diprediksi Redup di Semester II-2021

Dinar Fitra Maghiszha 19/07/2021 12:21 WIB

Sentimen lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia membuat pasar obligasi diprediksi mengalami penurunan.

Dibayangi Kasus Covid-19, Pasar Obligasi Diprediksi Redup di Semester II-2021. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Sentimen lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia membuat pasar obligasi diprediksi mengalami penurunan. Tidak hanya itu, pandemi juga akan menghambat proses pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang dilakukan pemerintah.

Selain itu, langkah the Federal Reserve (the Fed) melakukan tapering serta kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat telah meningkatkan persepsi risiko investasi dalam negeri. Dua hal itu berpotensi membuat serapan surat utang korporasi menurun.

Ekonom PT Pefindo, Ahmad Nasrudin, mengatakan potensi kenaikan risiko tersebut akan membuat sejumlah korporasi cenderung lebih selektif dan waspada sebelum melakukan emisi obligasi pada semester II/2021.

"Kalau kita lihat (adanya) PPKM Darurat ini memiliki efek langsung di terhambatnya mobilitas barang dan jasa, nah pengaruhnya ada di sektor riil yang akan relatif lambat dibanding ekspektasi sebelumnya," kata Ahmad dalam Market Review di Jakarta (19/7/2021).

Sebagian perusahaan yang merencanakan emisi surat utang diprediksi akan melakukan refinancing utang obligasi yang telah ada. Seperti diketahui, Pefindo telah lama memproyeksikan penerbitan surat utang 2021 akan berada di kisaran Rp122-159 triliun.

"Kalau obligasi korporasi dalam prediksi awal kami ada di sekitar 150 triliun, kami dulu mengasumsikan gelombang kedua (Covid-19) tidak sedrastis ini. Prediksi kami, obligasi korporasi mungkin akan lebih rendah daripada perkiraan kami (yaitu) ada di Rp130 triliun," terang Ahmad.

Ahmad menilai masih ada kenaikan persepsi risiko terhadap obligasi korporasi dengan mengacu pada perkembaan sektor riil yang terkena dampak virus corona.

"Artinya kalau mobilitasnya terbatas karena PPKM ini ya artinya kinerja bisnis dan keuangan mereka akan relatif terhambat," jelas Ahmad sembari menambahkan bahwa obligasi dari pemerintah justru bergerak stabil dibanding korporasi. (TYO)

SHARE