MARKET NEWS

Dikepung Sentimen Negatif, Ini Ruang Gerak Rupiah Menurut Analis

Taufan Sukma/IDX Channel 04/07/2022 12:18 WIB

Tekanan terutama datang ancaman terjadinya resesi dan kekhawatiran investor terhadap kebijakan Bank Sentral AS.

Dikepung Sentimen Negatif, Ini Ruang Gerak Rupiah Menurut Analis (foto: MNC Media

IDXChannel - Posisi nilai tukar rupiah kembali melemah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada perdagangan awal pekan ini, Senin (4/7/2022). Performa minor ini melanjutkan tren negatif pada perdagangan Jumat (1/7/2022), di mana posisi rupiah berakhir melemah 40 poin (0,26 persen) ke posisi Rp14.943 per dolar AS.

Membuka hari, rupiah sudah terpantau minus dua poin (0,02 persen) ke posisi Rp14.945 per dolar AS. Dengan kuatnya sentimen negatif yang tersedia di pasar, laju rupiah diyakini masih akan terus melemah menuju Rp14.980 per dolar AS hingga Rp15.000 per dolar AS, dengan potensi support di level Rp14.900 per dolar AS.

Tekanan terutama datang ancaman terjadinya resesi dan kekhawatiran investor terhadap kebijakan Bank Sentral AS, Federal Reserves (The Fed), yang diyakini masih akan lebih agresif lagi dalam menaikkan suku bunga acuannya.

"Kondisi ini mendorong pelaku pasar untuk mengamankan asetnya ke jenis investasi yang dianggap lebih aman. Salah satunya adalah obligasi (AS). Itu kenapa yield obligasi AS terlihat menurun drastis, karena banyaknya permintaan," ujar Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, Senin (4/7/2022).

Imbal hasil obligasi pemerintah AS untuk tenor 10 tahun, misalnya, terpantau sudah bergerak di bawah tiga persen, yaitu di kisaran 2,88 persen.

"Di tengah kebijakan pengetatan moneter bank sentral dunia dan ditambah inflasi yang tinggi, risiko resesi meningkat. Sehingga harga aset-aset berisiko praktis berada dalam tekanan," tutur Ariston.

Selain itu, lanjutnya, pelaku pasar juga masih mengantisipasi potensi kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif oleh bank sentral AS, The Fed.

"Perbedaan yield antara Indonesia dan AS yang menyempit mendorong pasar mencari aman di aset dolar AS dibandingkan rupiah, Kondisi ini juga jadi tekanan sendiri terhadap rupiah," tegas Ariston. (TSA)

SHARE