Dolar AS Perkasa Terhadap Rupiah Pasca Powell Kembali Dipilih Jadi Gubernur The Fed
Nilai mata uang tukar Rupiah terhadap Dolar AS loyo pada pembukaan perdagangan, Selasa (23/11/2021).
IDXChannel - Nilai mata uang tukar Rupiah terhadap Dolar AS loyo pada pembukaan perdagangan, Selasa (23/11/2021).
Menilik pasar spot Bloomberg hingga pukul 09:06 WIB, mata uang Garuda turun 12 poin atau -0,09% di harga Rp14.262 per 1 Dolar AS.
Selain Rupiah, sebagian besar mata uang negara Asia juga melemah terhadap USD, ketika indeks Dolar AS justru tertekan -0,02% berada di level USD96,54.
Yen Jepang turun sebesar -0,07% di 114,94, Baht Thailand juga tersungkur -0,09% di 33.040, dan Peso Filipina tertekan -0,01% di 50,688.
Sementara mata uang Asia lainnya yang terpuruk terhadap Dolar AS yaitu Dolar Hong Kong turun -0,02% di 7,7913, Ringgit Malaysia tertekan -0,11% di 4,1885.
Dolar Singapura anjlok paling dalam sebesar -0,15% di 1,3657, Dolar Taiwan merosot -0,04% di 27.811, dan Yuan China juga terpuruk -0,03% di 6,3860. Berbeda dari yang lain, Won Korea Selatan justru unggul tipis 0,04% di 1.189,63.
Seperti diketahui, Dolar AS berada di dekat level tertingginya selama empat setengah tahun terhadap terhadap Yen Jepang pada hari ini, setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell dipilih kembali untuk masa jabatan kedua, memperkuat asumsi pada suku bunga AS yang lebih tinggi.
Presiden AS Joe Biden memilih Powell dibandingkan kandidat lainnya Lael Brainard, yang dianggap pasar keduanya berkarakter dovish. Kabar ini memperkuat ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga tahun depan ketika bank sentral selesai mengurangi program pembelian obligasi daruratnya atau tapering.
Pasar mata uang sebagian besar didorong oleh persepsi di mana bank sentral global dimungkinkan bakal mengurangi stimulus untuk masa pandemi dan mulai menaikkan suku bunga.
"Nominasi Powell untuk masa jabatan kedua akan membuat pasar nyaman dengan harga pasar saat ini," kata analis di Westpac dalam sebuah catatan, dilansir Reuters, Selasa (23/11/2021).
"Setidaknya tiga pejabat Fed sekarang secara terbuka juga membahas percepatan tapering,"lanjutnya.
Di samping itu, langkah-langkah pembatasan mobilitas di Eropa akibat lonjakan angka Covid-19 masih menjadi tantangan bagi pasar di masa depan. (TIA)