Dua Kabar Buruk Bikin Bursa Global Merah Padam Jelang Akhir Pekan
Bursa global kompak memerah pada perdagangan akhir pekan, Jumat (18/8/2023).
IDXChannel - Bursa global kompak memerah pada perdagangan akhir pekan, Jumat (18/8/2023). Sejumlah sentimen menyebabkan kinerja sebagian besar indeks di bursa Amerika Serikat (AS), Eropa dan Asia tertekan.
Dari Negeri Paman Sam, indeks Dow Jones ditutup turun 0,85 persen, S&P 500 turun 0,71 persen dan Nasdaq 100 turun 1,18 persen pada penutupan perdagangan Kamis, (17/8/2023).
Penurunan ini diikuti oleh sebagian besar bursa Asia. Indeks Hang Seng di Hong Kong mengalami penurunan paling dalam 2,05 persen. Diikuti Indeks saham Shanghai Composite menurun 1 persen.
Adapun indeks Nikkei 225 Jepang yang turun 0,55 persen dan indeks KOSPI di Korea Selatan turun 0,45 persen. Sensex di India turun 0,17 persen. Indeks TOPIX di Jepang turun 0,72 persen.
Indeks Strait Times Index di Singapura turun 0,76 persen dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga turun 0,59 persen. Indeks ASX 200 di Australia justru menghijau di antara yang lainnya sebesar 0,09 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Di benua Eropa, bursa Inggris FTSE 100 masih mengalami tekanan sebesar 0,7 persen dan indeks GDAXI di Jerman turun 0,68 persen.
Kabar pasar hari ini dipengaruhi terutama oleh sentimen pengembang properti raksasa China, Evergrande, yang mengajukan restrukturisasi kebangkrutan pada hari Kamis (17/8) setelah lebih dari dua tahun gagal membayar utangnya.
Pada akhir tahun lalu, Evergrande bersama dengan perusahaan afiliasinya memiliki aset di AS melaporkan kewajiban liabilitas sebesar USD335 miliar.
Saat ini, Evergrande dikabarkan masih masih bernegosiasi dengan para krediturnya. Kondisi ini disebut masih adanya masalah struktural yang dalam dan potensi kehancuran yang dihadapi pasar real estate China.
Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS, yakni US-Treasury 10 year turun pada Jumat di tengah investor mempertimbangkan prospek ekonomi AS, terutama terkait inflasi, dan langkah kebijakan moneter The Federal Reserve.
Pada 15.30 WIB, imbal hasil Treasury 10 tahun turun lebih dari tujuh basis poin menjadi 4,2349 persen.
Ini mencapai level tertinggi sejak Oktober 2022. Adapun imbal hasil Treasury 2 turun turun lebih dari empat basis poin menjadi 4,9126 persen.
Di Eropa, imbal hasil obligasi pemerintah Inggris tenor 10 tahun atau 10-year gilt 10 juga melonjak menjadi 4,727 persen pada perdagangan Jumat pagi.
Angka ini mendekati level tertinggi sejak Oktober 2008, setelah data ekonomi terbaru Inggris meningkatkan spekulasi bahwa Bank of England (BoE) perlu menaikkan suku bunga lebih tinggi lagi.
Selain itu, dalam risalah pertemuan yang dirilis Rabu (16/8/2023), para pejabat The Fed juga mengisyaratkan akan lebih banyak menaikkan suku bunga mungkin diperlukan di masa depan, kecuali jika kondisi berubah.
Diketahui tingkat inflasi tahunan di AS meningkat menjadi 3,2 persen pada Juli 2023 dari sebelumnya yang telah di level 3 persen pada bulan sebelumnya.
Di Asia, kabar inflasi dari Jepang juga membebani sentimen karena tak sesuai perkiraan pasar. Tingkat inflasi tahunan di Jepang tidak berubah pada level 3,3 persen pada Juli 2023 tetapi lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 2,5 persen. (ADF)