Ganti Nama hingga Merger Perusahaan, Simak Sejarah Saham ISAT
Mengulas secara mendalam terakit sejarah saham ISAT atau kode emiten PT Indosat Tbk nyatanya sangat menarik.
IDXChannel – Mengulas secara mendalam terakit sejarah saham ISAT atau kode emiten PT Indosat Tbk nyatanya sangat menarik.
Dikenal sebagai Indosat Ooredoo Hutchison atau IOH, PT Indosat Tbk adalah salah satu Penyelenggara Jasa Telekomunikasi dan Jaringan Telekomunikasi di Indonesia. Perusahaan induk Indosat adalah Ooredoo Asia Pte. Ltd (sebelumnya Qatar Telecom (Qtel Asia)), Singapura. Sedangkan induk terakhir Indosat Tbk adalah Ooredoo Q.P.S.C (sebelumnya Qatar Telecom QSC), Qatar.
Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ISAT menyediakan saluran komunikasi untuk pengguna telepon seluler dengan pilihan prabayar dan pascabayar dengan merek "IM3 dan 3", layanan lain yang disediakan adalah saluran Internet melalui operator serat optik dengan merek Indosat HiFi.
Serta saluran komunikasi suara untuk telepon rumah, termasuk Sambungan Langsung Internasional (SLI). Indosat juga menyediakan layanan multimedia, Internet dan transmisi data (MIDI atau Multimedia, Internet & Data Communication Services).
Pada tahun 1994, ISAT mendapat pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana (IPO) sebanyak 103.550.000 saham ISAT dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham dengan harga penawaran Rp 7.000. Saham ini telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 19 Oktober 1994.
Selain IPO di Bursa Efek Indonesia, ISAT juga telah melakukan penawaran untuk dijual dan dicatatkan di New York Stock Exchange (“NYSE”) sebagai American Depositary Shares (ADS, dimana setiap ADS mewakili 50 saham Seri B). ISAT mulai diperdagangkan di New York Stock Exchange dari tahun 1994 hingga 17 Mei 2013. Selain itu, Indosat Ooredoo resmi bergabung dengan PT Hutchison 3 Indonesia membentuk Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) pada 4 Januari 2022.
Laporan Keuangan ISAT
PT Indosat Tbk (ISAT) membukukan laba bersih Rp 3,687 triliun selama sembilan bulan 2022, turun 37,9 persen dari periode yang sama 2021 yang tercatat Rp 5,8 triliun.
Menurut laporan keuangan ISAT di situs Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan tumbuh sebesar 49,8 persen menjadi Rp 34,53 triliun, dibantu kenaikan pendapatan ponsel sebesar 58,8 persen menjadi Rp 29,842 triliun.
Laba bersih fixed line naik 40% menjadi Rp 592 miliar. Sayangnya, beban meningkat 77,8 persen menjadi Rp 26,63 miliar. Hal itu karena beban penyedia jasa yang meningkat 62,7 persen menjadi Rp 16,047 triliun.
Begitu pula depresiasi yang naik 31,7 persen menjadi Rp 10.016 triliun. Pengeluaran pribadi juga meningkat 79,6 persen menjadi Rp 2,859 miliar. Sementara itu, ISAT dalam keterangan resminya mengatakan setelah penggabungan usaha, jumlah pelanggan perseroan meningkat 58,3 persen menjadi 98,6 juta pelanggan pada akhir September 2022. (SNP)