MARKET NEWS

Gerak Saham Bank Besar Jelang Pengumuman Suku Bunga BI

TIM RISET IDX CHANNEL 18/11/2025 11:44 WIB

Saham-saham bank besar cenderung menghijau pada Selasa (18/11/2025) menjelang keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) Rabu (19/11) besok.

Gerak Saham Bank Besar Jelang Pengumuman Suku Bunga BI. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Saham-saham bank besar cenderung menghijau pada Selasa (18/11/2025) menjelang keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) Rabu (19/11) besok.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 11.34 WIB, saham bank pelat merah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menguat 1,27 persen ke Rp3.990 per unit, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) naik 1,59 persen ke posisi Rp4.460 per unit, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) terkerek 0,41 persen.

Saham PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) juga tumbuh 3,68 persen, PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) terkerek 1,45 persen, dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) menghijau 0,39 persen.

Berbeda arah, saham bank swasta terbesar milik Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terkoreksi 0,58 persen ke Rp8.525 per unit.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai saham-saham perbankan mulai menunjukkan kenaikan minat investor menjelang keputusan suku bunga BI.

“Perbankan terlihat menggeliat cukup menarik di sisa akhir tahun ini. Terlihat BBCA, BBRI, BMRI yang mengalami aksi beli bersih oleh investor asing,” katanya, Selasa (18/11/2025).

Ia menjelaskan bahwa sentimen global ikut mendorong optimisme pasar. “Investor mengantisipasi pemangkasan suku bunga The Fed yang diharapkan akan memberikan ruang gerak bagi BI untuk melakukan pemangkasan suku bunga juga,” imbuh dia.

Michael menambahkan, masuknya dana pemerintah ke perbankan pelat merah berpotensi memperkuat fundamental sektor ini pada kuartal akhir.

“Selain itu, kucuran dana Rp200 triliun dari APBN ke Himbara juga diperkirakan akan meningkatkan loan growth pada kuartal IV ini,” kata dia.

Secara umum, Indo Premier Sekuritas mempertahankan rekomendasi overweight untuk sektor perbankan dalam riset yang dirilis pada 8 Oktober 2025. Analis menilai valuasi saham-saham bank saat ini sudah berada di level menarik sehingga potensi penurunan dinilai terbatas.

Meski demikian, Indo Premier mencatat katalis positif bagi sektor ini masih terbatas. Beberapa faktor eksternal, seperti kenaikan suku bunga deposito berdenominasi dolar AS serta kebijakan pemerintah terkait pembentukan koperasi desa dan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) perumahan, dinilai berpotensi menekan sentimen jangka pendek.

Indo Premier memperkirakan biaya dana (cost of fund) akan berangsur turun pada paruh kedua 2025, yang dapat memperbaiki margin bunga bersih perbankan. Kendati demikian, potensi revisi kinerja laba untuk kuartal ketiga tahun ini diperkirakan terbatas.

BI Diperkirakan Tahan Suku Bunga

BI diperkirakan kembali menahan suku bunga acuan pada Rabu (19/11/2025) besok demi membatasi tekanan pada rupiah, sambil terus mendorong perbankan menurunkan suku bunga kredit. Kesimpulan ini muncul dalam jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom.

Melansir dari Reuters, pada bulan lalu, BI mengejutkan pasar dengan menghentikan siklus penurunan suku bunga lebih awal.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan saat itu bahwa prioritas bank sentral adalah mendorong bank-bank swasta menurunkan bunga pinjaman agar beban pelaku usaha dan rumah tangga bisa berkurang, di tengah lemahnya permintaan domestik dan biaya pinjaman yang masih tinggi.

Tekanan terhadap rupiah juga menjadi pertimbangan penting. Nilai tukar rupiah telah melemah hampir 4 persen sepanjang tahun ini terhadap dolar AS, salah satu kinerja terburuk di antara mata uang negara berkembang.

Kondisi tersebut memperkuat perkiraan bahwa BI akan kembali menahan suku bunga bulan ini.

Namun sebagian ekonom mengingatkan, peluang BI mengambil keputusan di luar konsensus tetap besar, mengingat bank sentral sempat tiga kali berturut-turut melawan ekspektasi pasar.

Perry sebelumnya menegaskan masih ada ruang untuk menurunkan suku bunga ke depan, mengingat inflasi diperkirakan tetap rendah hingga 2026. Inflasi Oktober tercatat 2,86 persen—tertinggi tahun ini—tetapi masih berada dalam target BI di kisaran 1,5-3,5 persen.

Dalam survei Reuters periode 10-17 November, sebanyak 24 dari 30 ekonom memperkirakan BI mempertahankan suku bunga acuan seven-day reverse repo rate di 4,75 persen. Sisanya memperkirakan penurunan 25 basis poin. Suku bunga fasilitas simpanan dan pinjaman semalam juga diperkirakan tetap di 3,75 persen dan 5,50 persen.

“BI berada pada posisi yang harus menjaga keseimbangan. Kami memperkirakan BI memilih dovish hold. Tekanan rupiah yang berlarut-larut membuat pertimbangan kebijakan semakin sensitif,” kata Ekonom Pasar Mizuho Bank, Jing Yi Tan.

Ia menambahkan, penurunan suku bunga mungkin bukan solusi utama saat ini.

Sejak September tahun lalu, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebesar total 150 basis poin, tetapi perbankan baru menurunkan suku bunga kredit sekitar 15 basis poin sepanjang tahun ini.

Meski pertemuan pekan ini kemungkinan besar berakhir tanpa perubahan suku bunga, mayoritas ekonom—21 dari 24 responden—memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga 25 basis poin menjadi 4,50 persen pada bulan depan. Satu ekonom memprediksi penurunan 50 basis poin, sementara dua lainnya memperkirakan suku bunga tetap.

Ekonom ANZ Krystal Tan menilai pemangkasan suku bunga hanya soal waktu.

“Dengan permintaan domestik yang masih lemah dan pertumbuhan kredit yang lesu, BI kemungkinan mempertahankan bias pelonggaran dan melanjutkan penurunan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan,” ujarnya.

Untuk jangka lebih panjang, 17 dari 22 ekonom memperkirakan suku bunga acuan akan turun hingga 4,25 persen pada akhir kuartal I 2026. Tiga ekonom memprediksi penurunan 25 basis poin, sementara dua lainnya melihat peluang penurunan hingga 4,00 persen. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE