MARKET NEWS

Gerakan Boikot Buat Bisnis Starbucks Babak Belur, Saham dan Laba Kompak Turun

Tangguh Yudha 02/09/2024 11:06 WIB

Starbucks dilaporkan telah kehilangan hingga USD11 miliar atau setara Rp171 triliun karena aksi boikot. Saham dan labanya pun terus turun akibat aksi tersebut.

Gerakan Boikot Buat Bisnis Starbucks Babak Belur, Saham dan Laba Kompak Turun. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Gerakan boikot terhadap sejumlah brand yang terafiliasi dengan Israel berdampak signifikan bagi jaringan kedai kopi, Starbucks. Sebab, bisnis perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu babak belur sejak aksi boikot.

Dilansir dari New York Post, Senin (2/8/2024), Starbucks dilaporkan telah kehilangan hingga USD11 miliar atau setara Rp171 triliun karena aksi boikot. Kabar ini datang dari blogger makanan asal Sydney, Australia bernama Walla Abu-Eid.

Abu-Eid yang memiliki ratusan ribu pengikut di media sosial Instagram juga telah mengampanyekan gerakan anti Israel dengan membagikan resep kopi viral dengan rasanya mirip Starbucks. Tujuannya supaya masyarakat bisa menikmati kopi tersebut tanpa membeli.

“Boikot Starbucks karena mendukung genosida di Gaza. Starbucks telah kehilangan USD11 miliar secara global dari boikot, mari kita teruskan!" ujar Abu-Eid dalam kampanyenya.

Selain itu, saham Starbucks telah turun 20 persen sepanjang 2024. Pada Mei lalu, Starbuck juga melaporkan penurunan laba bersih hingga 15 persen menjadi USD772 juta.

Hal itu mendorong penggantian pucuk pimpinan Starbuck. Pada pertengahan Agustus, Starbucks memecat Laxman Narasimhan sebagai kepala eksekutifnya setelah satu setengah tahun menjabat di tengah anjloknya penjualan. Saat ini, Chipotle Brian Niccol ditunjuk sebagai CEO yang baru.

Boikot dari Timur Tengah hingga ASEAN

Aksi boikot Starbuck cukup besar di wilayah Timur Tengah. Penjualan kedai-kedai Starbucks di sana anjlok cukup dalam. Pada bulan Maret, pemegang waralaba Starbucks di Timur Tengah, Alshaya Group, sampai memberhentikan lebih dari 2.000 karyawan, atau 4 persen dari tenaga kerjanya.

Pada Mei 2024, operasi Starbucks di Malaysia, yang dijalankan oleh perusahaan investasi Berjaya Food Berhad yang berpusat di Kuala Lumpur, juga melaporkan penurunan pendapatan ketiga berturut-turut di 411 toko berlisensinya, dan penurunan pendapatan hampir 50 persen pada kuartal pertama tahun ini.

Untuk wilayah Indonesia, pemegang lisensi waralaba Starbucks tanah air, PT Sari Coffee Indonesia, memperkirakan penurunan penjualan akibat sentimen boikot Israel mencapai 35 persen. Padahal perusahaan telah menjelaskan bahwa pemegang lisensi Starbucks di Indonesia saat ini adalah perusahaan lokal.

Starbucks hanyalah salah satu dari banyak merek Barat yang mengalami penurunan pendapatan setelah boikot dan protes atas dukungan mereka terhadap Israel. Di media sosial, beredar daftar puluhan merek yang masuk daftar hitam karena dukungan mereka terhadap Israel.

(Febrina Ratna)

SHARE