MARKET NEWS

Grup Bakrie-Indika Cs 'Nyemplung' ke Industri EV, Siap Beralih dari Batu Bara?

Melati Kristina - Riset 16/09/2022 13:10 WIB

PT VKTR Teknologi Mobilitas, anak usaha Grup Bakrie BNBR, terjun ke kendaraan listrik. Sebelumnya, emiten batu bara lainnya sudah ‘nyemplung’ di industri ini.

Grup Bakrie-Indika Cs 'Nyempung' ke Industri EV, Siap Beralih dari Batu Bara? (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Anak usaha dari emiten batu bara PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), yakni PT VKTR Teknologi Mobilitas bekerja sama bareng PT Industri Kereta Api (INKA) dan PT Barata Indonesia garap komponen otomotif berbasis kendaraan listrik.

Adapun menurut Direktur Keuangan, SDM, dan Manajemen Risiko PT INKA Andy Budiman, ketiga perusahaan tersebut telah melaksanakan penandatanganan kesepakatan untuk berkolaborasi mengembangkan komponen untuk kendaraan listrik atawa electric vehicle (EV).

“Untuk tahap pertama kolaborasinya akan diimplementasikan pada transportasi bus listrik yang dibuat oleh PT INKA (Persero),” kata Andy, dikutip dalam siaran pers perusahaan, Kamis (15/9).

Sementara Direktur Utama VKTR Gilarsi W. Setijono turut menjelaskan, tujuan dibentuknya kolaborasi ini yaitu untuk mewujudkan ekosistem transportasi berbasis listrik yang memadukan kompetensi dan sumber daya yang dimiliki masing-masing pihak.

“Nantinya, kerja bareng kami difokuskan pada riset dan pengembangan, co-manufacture, konversi kendaraan konvensional menjadi listrik, dan pengembangan ekosistem yang berkelanjutan,” katanya dalam kesempatan yang sama.

Direktur Pemasaran PT Barata Indonesia (Persero), Sulistyo Handoko menyampaikan, Barata Indonesia siap mendukung kebutuhan industri transportasi nasional melalui kolaborasi bersama dua perusahaan di atas yang kedepannya akan menciptakan produk substitusi impor.

“Kami menyambut baik kolaborasi ini tidak hanya menghadirkan manfaat bagi bisnis, tapi juga berkontribusi terhadap kemajuan industri manufaktur nasional," kata Sulistyo.

PT VKTR Teknologi Mobilitas merupakan startup di bidang manufaktur elektrifikasi transportasi dan ekosistem telematika.

Perusahaan ini telah menandatangani kerja sama strategis dengan sejumlah pihak, di antaranya produsen kendaraan listrik terkemuka dunia BYD Auto, produsen baterai ramah lingkungan asal Inggris BritishVolt dan perusahaan teknologi heavy mobility dari Inggris Equipmake, dan perusahaan karoseri Tri Sakti.

Selain itu, VKTR juga berkolaborasi dengan sejumlah institusi pendidikan seperti Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Universitas Sebelas Maret (UNS) dan beberapa lainnya.

Adaro sampai INDY, Raksasa Batu Bara Ikut ‘Nyemplung’

Sebelum emiten anak usaha bakrie, berbagai emiten batu bara terlebih dahulu nyemplung di industri EV. Salah satunya yakni PT Indika Energy Tbk (INDY) yang mengembangkan EV melalui anak usahanya, PT Electra Mobilitas Indonesia.

Emiten batu bara ini juga menandatangani MoU dengan PT Indonesia Battery Corporation (IBC), Hon Hai Precision Co. Ltd. (Foxconn), dan Gogoro Inc. untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air serta berbagai industri pendukungnya.

Adapun kolaborasi tersebut dilakukan dengan skema Build, Operate, & Localize (BOL) di Indonesia. Kerja sama tersebut meliputi penjajakan investasi mulai dari pembuatan baterai listrik, meliputi sel baterai, modul baterai, dan baterai.

Sementara pengembangan industri kendaraan listrik baik roda empat maupun roda dua juga menjadi fokus dari kerja sama ini.

INDY juga mendirikan entitas usaha di segmen dealer motor listrik, melalui anak usahanya PT Solusi Mobilitas Indonesia (SMI) bersama PT Electra Distribusi Indonesia (EDI) mendirikan perusahaan PT Electra Auto Indonesia (EAI) untuk tujuan dealership.

Teranyar yaitu PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), anak usaha PT Adaro Indonesia (ADRO)--yang dinakhodai taipan Garibaldi 'Boy' Thohir--yang terjun dalam pembangunan smelter alumunium sebagai bahan baku untuk membuat kendaraan listrik.

Adapun emiten batu bara ini tengah menyiapkan anggaran belanja modal tahun ini sebesar USD1,1 miliar, salah satunya untuk membiayai pembangunan smelter alumunium.

Direktur ADMR, Wito Krisnahadi menyampaikan progres pembangunan sedang dalam persiapan untuk tahap pra-konstruksi, untuk memastikan material dan alat berat dapat masuk ke lokasi.

Kata dia, dengan adanya smelter ini, kesenjangan permintaan dan pasokan alumunium di Indonesia dapat terpenuhi, sekaligus dapat memberikan kontribusi ebitda dan laba yang positif bagi perseroan.

Sebagai catatan, rencana pengembangan bisnis aluminium merupakan strategi perseroan agar dapat memaksimalkan penjualan material dalam pembuatan kendaraan listrik.

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer ADMR, Christian Ariano Rachmat melihat hal ini merupakan potensi besar yang akan mendukung pertumbuhan Grup Adaro ke depannya.

“Kami terus mendukung transformasi internal Grup Adaro melalui pembangunan smelter aluminium pada awal 2023 sebagai proyek pertama dalam pengembangan kawasan industri hijau terbesar di dunia, yang bertempat di Kaltara,” kata Christian, saat ditemui MNC Portal, Selasa (6/9).

Selain ADMR dan INDY, PT TBS Energi Utama Tbk atau TOBA juga masuk ke dalam industri kendaraan listrik. Emiten batu bara tersebut membentuk perusahaan patungan dengan Gojek terkait pengembangan bisnis sepeda motor listrik di Tanah Air pada November tahun lalu.

Melalui anak usahanya, PT Karya Baru TBS, emiten ini telah menandatangani akta pendirian PT Energi Kreasi Bersama – perusahaan patungan perseroan terbatas – dengan PT Rekan Anak Bangsa. Sementara modal yang disetor pada PT Energi Kreasi Bersama senilai Rp71,75 miliar.

Ke depannya, perusahaan ini akan bergerak dalam bidang perakitan sepeda motor, perdagangan sepeda motor, reparasi dan perawatan sepeda motor, hingga pembiayaan dan perakitan baterai untuk kendaraan bermotor. Perusahaan ini juga menjadi penyedia stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum.

Manuver emiten-emiten batu bara di atas dalam menyongsong era ekonomi hijau (energi bersih) seolah memberikan sinyal bahwa mereka bersiap meninggalkan batu bara yang sering dianggap sebagai energi kotor yang mencemari lingkungan.

BBM Naik, Kendaraan Listrik Temukan Momentum?

Ramai-ramai emiten batu bara yang terjun ke industri EV menandakan makin populernya segmen ini di Tanah Air. Menurut proyeksi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), jumlah mobil listrik di pasar global akan meningkat hingga 26,95 juta unit di tahun 2030.

Di dalam negeri, Perusahaan Listrik Negara (PLN) memperkirakan pada tahun 2022, mobil listrik akan tumbuh menjadi 4 ribu unit. Bahkan, jumlah tersebut akan terus bertumbuh hingga 16 ribu unit pada  2025 dan 65 ribu unit di tahun 2030.

Di samping itu, naiknya bahan bakar minyak (BBM) membuat masyarakat mulai beralih ke mobil listrik untuk meminimalisir pengeluaran. Banyaknya mobil listrik yang hadir di Indonesia juga memberikan beragam pilihan.

Mobil listrik sendiri memiliki beberapa keunggulan dibandingkan mobil konvensional yang masih menggunakan BBM. Pengisian daya dari nol sampai penuh juga lebih murah ketimbang mengisi bensin yang bisa mencapai ratusan ribu.

Biaya perawatan juga lebih hemat karena tidak ada komponen yang perlu diganti secara rutin seperti oli, filter udara dan filter oli yang harus diganti secara berkala. Selain hemat BBM, mobil listrik juga dapat menghemat pengeluaran setiap bulannya.

Wakil Presiden (Wapres), Ma’ruf Amin mengungkapkan konversi mobil listrik menjadi salah satu langkah untuk menanggulangi masalah Bahan Bakar Minyak (BBM), terutama terkait kelangkaan ataupun kenaikan harganya.

“Saya kira (konversi) mobil listrik ini adalah salah satu langkah juga dalam rangka menanggulangi masalah BBM,” kata Wapres dalam keterangan resminya usai meninjau kesiapan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) untuk delegasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Selasa (30/8/2022).

Periset: Melati Kristina

(ADF)

SHARE