MARKET NEWS

Harga Batu Bara Panas Mendidih Lagi, Simak Pemicunya

Maulina Ulfa - Riset 24/05/2024 10:25 WIB

Harga batu bara berjangka (futures) Newcastle kembali ditutup menguat 1,36 persen di level USD144,9 per ton pada perdagangan Kamis (23/5/2024).

Harga Batu Bara Panas Mendidih Lagi, Simak Pemicunya. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Harga batu bara berjangka (futures) Newcastle kembali ditutup menguat 1,36 persen di level USD144,9 per ton pada perdagangan Kamis (23/5/2024).

Di pekan sebelumnya, harga batu bara juga menguat 1,59 persen di level USD143,75 per ton pada perdagangan Kamis (16/5/2024).
 
Sebelumnya, harga batu bara sempat merosot di level di bawah USD142 per ton. Ini menandai rebound harga emas hitam. (Lihat grafik di bawah ini.)


 
Namun demikian, harga batu bara Newcastle berjangka masih di bawah harga tertinggi baru-baru ini sebesar USD147 yang dicapai pada 2 Mei 2024.

Secara mingguan, harga batu bara kini positif 0,8 persen dan secara bulanan terapresiasi 6,94 persen.

Harga batu bara berjangka Newcastle kembali terdorong karena masalah pasokan China didukung dengan berkurangnya permintaan. 

Di satu sisi, produksi batu bara China turun ke level terendah sejak Oktober 2022 pada April karena inspeksi keselamatan tambang yang sedang berlangsung membatasi produksi. 

Akibatnya, China meningkatkan impor batu bara pada bulan itu untuk mengkompensasi penurunan produksi dalam negeri dan membangun stok untuk mengantisipasi puncak permintaan di musim panas. 

Di lain sisi, permintaan batu bara metalurgi China sepanjang 2024 diproyeksikan mengalami penurunan selama tiga tahun berturut-turut akibat stagnansi di sektor properti dan infrastruktur. 

Selain itu, peningkatan signifikan dalam pembangkit listrik tenaga air di negara ini sejak akhir April diperkirakan akan terus berlanjut, sehingga berpotensi menyebabkan permintaan batu bara untuk pembangkit listrik lebih rendah dari perkiraan.

Dari berita korporasi, perusahaan milik Gautam Adani, Adani Group, diduga menjual batu bara berkualitas rendah dengan harga yang jauh lebih mahal dan klaim lebih ramah lingkungan dalam transaksi dengan perusahaan listrik negara India.

Menurut laporan Financial Times (FT) Rabu (22/5/2024), kabar ini berdasarkan dokumen yang diamankan oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).

Dokumen baru yang diperoleh OCCRP dikutip FT menunjukkan pada Desember 2013, kapal MV Kalliopi L meninggalkan Indonesia membawa batu bara dengan harga tercatat USD28 per ton.

Ketika tiba di India, Adani menjual batu bara tersebut ke Tangedco seharga USD92 per ton. Menurut FT, batu bara tersebut berasal dari operasi grup pertambangan Indonesia PT Jhonlin.

Dalam pernyataan ekspor oleh PT Jhonlin menyatakan pembeli akhir batu bara miliknya adalah Tangedco dan mencantumkan perusahaan Adani sebagai perantara.

Namun, tagihan Jhonlin masuk ke Supreme Union Investors yang berbasis di British Virgin Islands, dengan biaya USD28 per ton.

Seminggu kemudian, Supreme Union Investors menagih Adani di Singapura untuk pengiriman tersebut dengan harga USD34 per ton dan menyatakan bahwa batu bara tersebut mengandung 3.500 kalori per kg, yang termasuk dalam golongan kualitas rendah.

Pada tagihan Adani berikutnya ke Tangedco, kualitasnya berbalik melonjak menjadi 6.000 kalori, begitu pula harganya yang menjadi USD92 per ton.

Dokumen lain menunjukkan bahwa perbedaan tersebut tidak terjadi secara terpisah.

Pesanan pembelian pada 2014 mencantumkan 32 pengiriman batu bara 6.000 kalori ke Tangedco oleh Adani, dengan total 2,1 juta ton dengan harga USD91 per ton.

Perintah tersebut dikeluarkan berdasarkan undang-undang kebebasan informasi India menyusul permintaan OCCRP.

(YNA)

SHARE