sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Adani Diduga Jual Batu Bara Kualitas Rendah di Harga Mahal, Perusahaan RI Turut Terseret

Market news editor Maulina Ulfa
22/05/2024 16:14 WIB
Perusahaan milik Gautam Adani, Adani Group, diduga menjual batu bara berkualitas rendah dengan harga yang jauh lebih mahal dan klaim lebih ramah lingkungan.
Adani Diduga Jual Batu Bara Kualitas Rendah di Harga Mahal, Perusahaan RI Turut Terseret. (Foto: Adani)
Adani Diduga Jual Batu Bara Kualitas Rendah di Harga Mahal, Perusahaan RI Turut Terseret. (Foto: Adani)

IDXChannel – Perusahaan milik Gautam Adani, Adani Group, diduga menjual batu bara berkualitas rendah dengan harga yang jauh lebih mahal dan klaim lebih ramah lingkungan dalam transaksi dengan perusahaan listrik negara India.

Menurut laporan Financial Times (FT) Rabu (22/5/2024), kabar ini berdasarkan dokumen yang diamankan oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).

Hal tersebut turut menambah potensi dimensi lingkungan pada tuduhan korupsi yang terkait dengan konglomerat India tersebut.

Mereka berpendapat bahwa Adani mungkin melakukan penipuan dengan memperoleh keuntungan besar dengan mengorbankan kualitas udara. Ini karena menggunakan batu bara kualitas rendah untuk pembangkit listrik berarti membakar lebih banyak bahan bakar fosil dan menyebabkan polusi.

Faktur menunjukkan per Januari 2014, Adani membeli batu bara kiriman dari Indonesia yang diduga mengandung 3.500 kalori per kilogram (kg).

Pengiriman yang sama dijual ke perusahaan Tamil Nadu Generation and Distribution company (Tangedco) sebagai batu bara berkalori 6.000 kalori, salah satu jenis batu bara kualitas tinggi.

Adani tampaknya mendapat keuntungan lebih dari dua kali lipat dalam proses ini setelah dipotong biaya transportasi.

FT juga telah mencocokkan dokumentasi untuk 22 pengiriman berikutnya sepanjang 2014 yang melibatkan pihak yang sama sejumlah 1,5 juta ton batu bara.

Adani mendapatkan batu bara dari Indonesia dari grup pertambangan yang terkenal dengan produksi kalori rendah dengan hasil bahan bakar berkualitas rendah.

Perusahaan ini mengirimkan batu bara ke negara bagian paling selatan India untuk pembangkit listrik dan memenuhi kontrak yang menetapkan bahan bakar mahal berkualitas tinggi.

Menurut sebuah penelitian di The Lancet pada 2022, lebih dari 2 juta orang terbunuh di India setiap tahunnya akibat polusi udara luar ruangan. Sementara penelitian lain menemukan peningkatan signifikan angka kematian anak di lokasi di sekitar pembangkit listrik tenaga batu bara.

Studi lain satu dekade yang lalu menemukan bahwa pembangkit listrik tenaga batu bara, yang memasok sekitar tiga perempat listrik India, menyumbang sekitar 15 persen dari emisi partikel halus, 30 persen nitrogen oksida, dan 50 persen emisi buatan negara tersebut.

“Kesehatan masyarakat jelas tidak mendapat perhatian di India dibandingkan kepentingan sektor ketenagalistrikan,” kata Sunil Dahiya, analis di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih berbasis di New Delhi.

Antara 2021 dan 2023 perusahaan Adani membayar lebih dari USD5 miliar kepada perantara untuk batu bara yang diimpor ke India jauh di bawah harga pasar.

Pengungkapan terbaru ini muncul ketika Adani berupaya mengubah citranya menjadi pemain besar energi terbarukan. Termasuk dengan membangun salah satu pembangkit listrik tenaga angin dan surya terbesar di dunia di Khavda, dekat perbatasan Pakistan.

PT Jhonlin Turut Disebut

Dokumen baru yang diperoleh OCCRP dikutip FT menunjukkan pada Desember 2013, kapal MV Kalliopi L meninggalkan Indonesia membawa batu bara dengan harga tercatat USD28 per ton.

Ketika tiba di India, Adani menjual batu bara tersebut ke Tangedco seharga USD92 per ton.

Menurut FT, batu bara tersebut berasal dari operasi grup pertambangan Indonesia PT Jhonlin.

Menurut buku yang diterbitkan Tempo Publishing berjudul Menilik Hubungan Erat Pengusaha Batu Bara, Haji Andi Syamsudin Arsyad Atau Haji Isam Dengan Pesohor yang terbit pada 2019, PT Jhonlin Baratama adalah perusahaan batu bara yang dimiliki oleh Haji Isam di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

Dalam pernyataan ekspor oleh PT Jhonlin menyatakan pembeli akhir batu bara miliknya adalah Tangedco dan mencantumkan perusahaan Adani sebagai perantara.

Namun, tagihan Jhonlin masuk ke Supreme Union Investors yang berbasis di British Virgin Islands, dengan biaya USD28 per ton.

Seminggu kemudian, Supreme Union Investors menagih Adani di Singapura untuk pengiriman tersebut dengan harga USD34 per ton dan menyatakan bahwa batu bara tersebut mengandung 3.500 kalori per kg, yang termasuk dalam golongan kualitas rendah.

Pada tagihan Adani berikutnya ke Tangedco, kualitasnya berbalik melonjak menjadi 6.000 kalori, begitu pula harganya yang menjadi USD92 per ton.

Dokumen lain menunjukkan bahwa perbedaan tersebut tidak terjadi secara terpisah.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement