MARKET NEWS

Harga CPO Rebound Ditopang Aksi Beli Murah dan Sinyal Ekspor

TIM RISET IDX CHANNEL 30/12/2025 16:23 WIB

Harga minyak sawit mentah (CPO) rebound pada perdagangan Selasa (30/12/2025), setelah sempat turun ke sekitar 4.030 ringgit Malaysia pada hari sebelumnya.

Harga CPO Rebound Ditopang Aksi Beli Murah dan Sinyal Ekspor. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak sawit mentah (CPO) rebound pada perdagangan Selasa (30/12/2025), setelah sempat turun ke sekitar 4.030 ringgit Malaysia pada hari sebelumnya. Pergerakan ini didorong aksi berburu harga murah oleh pelaku pasar.

Menurut data pasar, pukul 15.00 WIB, kontrak berjangka (futures) CPO di Bursa Malaysia Derivatives naik 0,54 persen ke 4.071 ringgit Malaysia.

Penguatan harga minyak nabati di bursa Dalian dan Chicago turut menopang sentimen, sehingga memperbaiki suasana di pasar minyak biji-bijian secara keseluruhan.

Menurut Direktur Pelindung Bestari, Paramalingam Supramaniam, dikutip Reuters, rebound CPO juga seiring munculnya sinyal bahwa produksi Desember diperkirakan lebih rendah, menyusul prakiraan hujan yang semakin meluas di Malaysia Timur, khususnya di negara bagian Sarawak.

Departemen Meteorologi Malaysia pada Senin menyatakan bahwa lonjakan monsun pada 1-5 Januari berpotensi membawa hujan lebat di Sarawak, disertai angin kencang dan gelombang tinggi di Laut China Selatan.

“Kami juga melihat adanya aktivitas penutupan posisi jual (short covering) hari ini menjelang libur akhir tahun,” kata Supramaniam.

Namun demikian, ia menambahkan, pelemahan permintaan, penguatan ringgit, serta rekor panen kedelai di Amerika Selatan akan membatasi ruang kenaikan harga.

Di sisi lain, permintaan ekspor menunjukkan tanda-tanda stabilisasi. Data surveyor kargo mencatat pengapalan periode 1-25 Desember naik sekitar 1,6 persen hingga 3 persen dibandingkan November.

Minat beli juga diperkuat oleh India sebagai importir terbesar, di mana pembelian minyak sawit pada November meningkat 5 persen seiring harga yang lebih menarik.

Sementara itu, mengutip Trading Economics, di Indonesia selaku produsen terbesar dunia, isu tarif dengan Amerika Serikat (AS) disebut telah terselesaikan. Kesepakatan diperkirakan tercapai pada akhir Januari dan berpotensi memberikan pengecualian tarif untuk sejumlah produk, termasuk minyak sawit.

Meski demikian, penguatan nilai tukar ringgit tetap menekan daya saing ekspor.

Secara keseluruhan, kontrak minyak sawit diperkirakan menutup tahun ini melemah sekitar 8,5 persen, berbalik arah dari kinerja kuat tahun lalu, di tengah pasokan yang melimpah dan kekhawatiran atas melunaknya permintaan global.

Pasar akan tetap dibuka pada Rabu atau 31 Desember 2025. (Aldo Fernando)

SHARE